Blog Dhita Yudhistira

Apakah Blog kata resmi dalam Bahasa Indonesia?

Monday, July 06, 2009

Ajari sang Penerus Hidup Sederhana

Suatu siang pada pertengahan April lalu, puluhan wartawan yang menyanggong kegiatan Ke­tua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla (JK) di Posko Slipi II, Jalan Ki Ma­ngun­sarkoro, tengah kelaparan. Meski demikian, tidak satu pun yang be­rani beranjak mencari makan. Se­telah kekalahan Golkar dalam perhitungan cepat pemilu legislatif itu, fakta dan kabar burung berseliweran hampir setiap menit.

Di tengah puluhan wartawan yang meriung, sesosok pria berkulit pu­tih duduk berbaur. Asap rokok pu­tih sesekali mengepul. Menge­nakan kaus polo kuning, celana jins, dan sandal kulit, pria 30-an ak­hir itu sesekali berbicara santai dengan beberapa wartawan yang bertugas meliput di Istana Wa­pres. Wajahnya tenang menyimak pembicaraan wartawan yang asyik ber­diskusi tentang percaturan poli­tik menjelang penentuan koalisi partai politik di pemilu presiden.

Ketika pembicaraan mengarah ke urusan perut, sosok itu sontak berdiri. Langkahnya ringan me­nu­ju pintu pagar dan bersuit me­mang­gil dua tukang sate yang mang­­kal di pelataran Masjid Sun­da Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat. Paspampres yang berjaga di kediaman dinas Wapres hanya tersenyum ketika dua gerobak itu diboyong masuk ke posko dan lang­sung dirubung wartawan. "Te­nang, semua sudah dibayar Pak Ihin," ujar seorang staf wakil presiden.

Ihin yang dimaksud staf itu ada­lah Solihin, putra satu-satunya JK. Ahli waris kerajaan bis­n­is keluarga JK itu memang tak pernah berpenampilan seperti miliuner yang juga putra wakil presiden. Kaus dan jins adalah pakaian sehari-hari. Wartawan hanya sesekali menemui Ihin me­ngenakan jas ketika peringatan Detik-Detik Proklamasi di Istana Kepresidenan dan ketika mendampingi JK bertemu pe­mim­pin-pemimpin dunia dalam kunjungan ke luar negeri.

Tak berbeda dengan JK yang ber­politik setelah puluhan tahun menjadi pengusaha, Solihin kini masih fokus menjalankan kerajaan bisnis keluarganya.

Solihin tampaknya memang di­siap­kan sebagai penerus JK. Meski hingga kini dia tidak berpolitik praktis, dalam sejumlah pertemuan politik menjelang pemilu legislatif dan pemilu presiden, Solihin selalu diajak JK untuk mendampingi. Begitu pula bila JK bertemu dengan pe­mimpin-pemimpin dunia. Di tim kampanye nasional JK-Wiranto, Ihin juga tercatat sebagai bendahara.

Penampilan Ihin yang sederha­na itu kerap menipu. Menurut se­jumlah sumber, tak terhitung berapa kali Ihin ditolak masuk ke kediaman atau ke dalam rombongan wakil presiden oleh anggota-anggota Paspampres yang baru atau oleh aparat pengamanan di daerah. Karena selalu membawa kamera, dalam berbagai kunjungan ke daerah Ihin kerap ditolak masuk ke bus rombongan wakil presiden karena disangka warta­wan. Namun, setiap kali ditolak ma­suk ke bus rombongan, Ihin tak pernah membantah. Dia akan selalu menurut ketika disuruh masuk ke bus anggota rombongan, bahkan bus wartawan.

Tak hanya aparat keamanan yang tertipu. Anggota tim kampanye SBY-JK di Pemilu Presiden 2004 Muhammad Luthfi (sekarang ketua BKPM, Red) suatu kali pernah memarahi Ihin di depan umum. Penyebabnya, pria dengan dahi lebar itu terlambat masuk ke pesawat yang akan membawa JK dan Mufidah berkampanye ke satu daerah. (noe/agm)

1 Comments:

  • At 10:16 PM , Anonymous Anonymous said...

    Todo list:

    (1) Perbaiki daya jangkau dan akurasi
    (2) Produksi massal
    (3) Pasang hulu ledak nuklir
    (4) Hancurkan malaysia

     

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home