Bapak dan Pohon Rambutan
Bapak saya lahir di Jakarta tahun 1945, dan besar di sana. Sampai beliau remaja, Jakarta masih merupakan sebuah kampung besar dengan banyak kebun di dalamnya. Bahkan Oom saya, yang hampir 10 tahun lebih muda dari Bapak saya, pernah bercerita tersesat di antara pohon-pohon ketika mau pulang ke rumah... di Kemayoran. Kemayoran!!!
Besar dalam organisasi Pandu (Kepanduan waktu itu belum jadi Pramuka nasional seperti sekarang, tampaknya), di kondisi seperti itu, bisa dibayangkan apa yang menjadi salah satu hobi Bapak saya: menanam pohon, dan memanjat pohon.
Rumah kami dari dulu rasanya selalu dipenuhi pohon buah. Dan di rumah sekarang, Bogor, Bapak saya jg menanam beberapa pohon. Salah satunya rambutan. Terletak di depan rumah kami, dahannya menjulur sampai di atas car port.
Beberapa tahun terakhir, pohon rambutan ini sudah mulai panen. Dan yang menjadi masalah saya, Bapak selalu berkeras memanen sendiri, dengan memanjatnya. Saya selalu mengusulkan untuk memanggil orang lain (karena jelas saya tidak bisa diharapkan dalam urusan panjat-memanjat ini) atau memakai alat-alat yang memungkinkan panen tanpa harus memanjat. Tetapi Bapak selalu menolak. Seolah-olah memanjat sendiri pohon rambutan ketika panen adalah sebuah bagian dari excellence.
Saya koq jadi berniat untuk menebang itu pohon...
Besar dalam organisasi Pandu (Kepanduan waktu itu belum jadi Pramuka nasional seperti sekarang, tampaknya), di kondisi seperti itu, bisa dibayangkan apa yang menjadi salah satu hobi Bapak saya: menanam pohon, dan memanjat pohon.
Rumah kami dari dulu rasanya selalu dipenuhi pohon buah. Dan di rumah sekarang, Bogor, Bapak saya jg menanam beberapa pohon. Salah satunya rambutan. Terletak di depan rumah kami, dahannya menjulur sampai di atas car port.
Beberapa tahun terakhir, pohon rambutan ini sudah mulai panen. Dan yang menjadi masalah saya, Bapak selalu berkeras memanen sendiri, dengan memanjatnya. Saya selalu mengusulkan untuk memanggil orang lain (karena jelas saya tidak bisa diharapkan dalam urusan panjat-memanjat ini) atau memakai alat-alat yang memungkinkan panen tanpa harus memanjat. Tetapi Bapak selalu menolak. Seolah-olah memanjat sendiri pohon rambutan ketika panen adalah sebuah bagian dari excellence.
Saya koq jadi berniat untuk menebang itu pohon...
1 Comments:
At 1:55 AM , Anonymous said...
contoh anak yang berbakti kepada orang tua? ... :D (atau durhaka ya?)
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home