Cirebon, Makan di Mana?
Ada banyak makanan khas Cirebon.
Satu yang paling terkenal adalah Nasi Jamblang. Diberi nama demikian karena beralaskan daun jati yang dulu banyak di daerah Jamblang. Sebetulnya tidak ada yang terlalu istimewa dengan makanan ini. Berbagai macam lauk dicampur menjadi satu sesuai pilihan. Ada daging, ada tahu, ada telur, dan sebagainya. Kuliner di Indonesia, sebetulnya banyak dipengaruhi peristiwa di mana penjajahan Belanda begitu ganasnya sehingga pribumi tidak punya apa-apa untuk dimakan. Salah satu babak sejarah menceritakan bagai mana akibat dari tanam paksa di Cirebon terjadi kelaparan sehingga orang-orang lari ke Batavia. Pemerintah Belanda sampai harus menyiagakan pasukan untuk menghentikan eksodus itu. Pada masa inilah muncul nasi jamblang Bagai mana pun, nasi jamblang ini merupakan sebuah exit point yang sangat baik dari rutinitas. Nasi jamblang langganan saya adalah di Mang Dul, seberang Grage Plasa. Buka dari pagi sampai siang sekitar jam 11-12. Tetapi sebaiknya datang ke sana pagi, karena nasi jamblang ini dibiarkan dingin.
Di depan kantor pajak (saya kurang tahu itu kantor apa, yang jelas saya di sana ketika mengurus PBB) dekat Gedung Negara ada Empal Gentong yang enak. Kalau kita mau merenung lagi, masakan-masakan macam empal gentong ini: soto jakarta dsb., biasanya justru tidak menggunakan daging sebagai isi utama. Mungkin dulu dagingnya dimakan oleh Belanda. Ini bukan omong kosong. Di TV kemarin sempat ada berita di mana sebuah tempat di Sumatera biasa minum kopi yang dibuat dari daun kopi. Orang tua mereka pekerja perkebunan kopi yang dilarang Belanda minum kopi dari biji kopi karena itu adalah produk ekspor.
Tapi sudahlah. Pokoknya Empal Gentong di situ enak. Ada juga semacam pujasera di Pasar Pagi, sebelah Bank Syariah Mandiri. Empal Gentongnya juga enak, dan di situ ada es duren. Jangan lupa melakukan tes kolesterol sebelum dan sesudah kunjungan.
Ngomong-ngomong tentang es duren, di Jalan Cipto ada Alfa Gudang Rabat. Semacam hypermarket milik group Alfa. Di dalam ada counter jus. Dan jika sedang beruntung kita bisa membeli jus duren kental seharga 6 ribu rupiah saja. Setahu saya ini hanya dapat kita temui di Alfa Cirebon dan Alfa Semarang.
Di Jalan Kartini ada Mie Bakso di samping Apotik Jaksa. Lumayanlah rasanya. Lagi-lagi di sebelahnya ada es krim duren yang sruputt... cocok sekali dengan suasana Cirebon yang panas. Nah, di Jalan Kartini juga, depan Grage Mal ada satu warung bakso lagi dekat Hotel Cirebon Plaza. Yang itu boleh jg.
Inti dari kunjungan saya ke Cirebon biasanya adalah seafood. Bapak dan Ibu saya biasa makan di Dumbo Pasar Pagi, yang sudah ada sejak saya belum ada tampaknya. Tapi buat saya Dumbo berkesan mahal dan sejak terakhir kali ditraktir orang tua saya lebih dari 10 tahun yang lalu, saya belum pernah ke sana lagi.
Nah, jadi di mana mencari Seafood? Di Timur pasar pagi persis kita menemui jembatan di atas kali kecil. Nah, di situ kalau belok ke Utara ada bioskop lama. Di dekat situ kalau malam kita temu restoran Haji Moel. Tanya aja ke semua tukang becak, mereka tahu. FYI, becak di Cirebon rata-rata bertarif 6ribu-8ribu. Jauh dekat, walau saya tidak pernah mencoba terlalu jauh.
Haji Moel ini, jaman saya wakuncar 3-4 tahun lalu, berada menempel di sebuah bangunan di sana. Ketika saya menikah 2004 yang lalu, bangunan itu sudah dibeli (kebetulan nasabah istri saya di Cirebon dulu). Dan ketika saya datang tahun baru 2007 kemarin, bangunan itu sudah direnovasi dan diperluas. Hebat sekali ya.
Haji Moel ini cukup murah. Kerang sepiring kalau nggak salah cuma sekitar 10 ribu. Cumi goreng tepung sepiring 10ribu. Ca Kangkung tidak sampai 10ribu.Yang agak mahal cuma specialtynya aja: Udang bakar. Itu pun tidak terlalu mahal. Untuk 6-8 potong Udang Bakar harganya 60 ribu. Ditambah minum-minum terakhir saya ke sana bedua dengan istri saya makan kekenyangan dengan 120 ribu. You really must go there. Berikut gambar apa yang saya dapatkan dengan 120 ribu, minus 2 piring udang rebus, 2 gelas jus dan beberapa otak-otak bakar.
Satu lagi yang membuat saya bingung kalau pergi ke Cirebon hanya 1 malam. Di depan alun-alun ada ikan bakar Haji Said. Ini jg enak saudara-saudara. Jangan salah. Di depan alun-alun ada ikan bakar lain tapi ikan bakar Haji Said yang nomor 1. Ikannya tidak amis, bumbunya meresap, harganya 25-35ribu untuk seekor ikan sebesar laptop 14inch (tentu ini sedikit hiperbola, tetapi nggak jauh koq). Saya sampai menyesal kehilangan no HP haji Said ini, karena dulu biasanya sebelum memutuskan berangkat ke Cirebon atau tidak, saya memastikan apakah si Haji Said jualan atau tidak.
Cukup untuk makan-makannya. Untuk oleh-oleh, silakan datang ke Pasar Pagi. Standar oleh-oleh dari Cirebon adalah sirup Campolay dan Emping Manis. Ada juga ikan asin dan beberapa lainnya. Tetapi anda bisa memilih sendiri di Pasar Pagi. Biasanya hal ini saya serahkan ke istri saya.
Kira-kira demikian posting saya tentang jalan-jalan ke Cirebon. Saya sendiri koq berharap makin banyak yang ke Cirebon dan ke kota-kota lainnya. Wisata domestik gitulah. Saya lihat teman-teman saya sudah pada ke Singapura padahal belum pernah ke Cirebon, Padang, Banten. Ck.
Nanti kapan-kapan saya tulis jg tentang jalan-jalan ke tempat lain. Tapi ini bukan blog wisata lho.
Satu yang paling terkenal adalah Nasi Jamblang. Diberi nama demikian karena beralaskan daun jati yang dulu banyak di daerah Jamblang. Sebetulnya tidak ada yang terlalu istimewa dengan makanan ini. Berbagai macam lauk dicampur menjadi satu sesuai pilihan. Ada daging, ada tahu, ada telur, dan sebagainya. Kuliner di Indonesia, sebetulnya banyak dipengaruhi peristiwa di mana penjajahan Belanda begitu ganasnya sehingga pribumi tidak punya apa-apa untuk dimakan. Salah satu babak sejarah menceritakan bagai mana akibat dari tanam paksa di Cirebon terjadi kelaparan sehingga orang-orang lari ke Batavia. Pemerintah Belanda sampai harus menyiagakan pasukan untuk menghentikan eksodus itu. Pada masa inilah muncul nasi jamblang Bagai mana pun, nasi jamblang ini merupakan sebuah exit point yang sangat baik dari rutinitas. Nasi jamblang langganan saya adalah di Mang Dul, seberang Grage Plasa. Buka dari pagi sampai siang sekitar jam 11-12. Tetapi sebaiknya datang ke sana pagi, karena nasi jamblang ini dibiarkan dingin.
Di depan kantor pajak (saya kurang tahu itu kantor apa, yang jelas saya di sana ketika mengurus PBB) dekat Gedung Negara ada Empal Gentong yang enak. Kalau kita mau merenung lagi, masakan-masakan macam empal gentong ini: soto jakarta dsb., biasanya justru tidak menggunakan daging sebagai isi utama. Mungkin dulu dagingnya dimakan oleh Belanda. Ini bukan omong kosong. Di TV kemarin sempat ada berita di mana sebuah tempat di Sumatera biasa minum kopi yang dibuat dari daun kopi. Orang tua mereka pekerja perkebunan kopi yang dilarang Belanda minum kopi dari biji kopi karena itu adalah produk ekspor.
Tapi sudahlah. Pokoknya Empal Gentong di situ enak. Ada juga semacam pujasera di Pasar Pagi, sebelah Bank Syariah Mandiri. Empal Gentongnya juga enak, dan di situ ada es duren. Jangan lupa melakukan tes kolesterol sebelum dan sesudah kunjungan.
Ngomong-ngomong tentang es duren, di Jalan Cipto ada Alfa Gudang Rabat. Semacam hypermarket milik group Alfa. Di dalam ada counter jus. Dan jika sedang beruntung kita bisa membeli jus duren kental seharga 6 ribu rupiah saja. Setahu saya ini hanya dapat kita temui di Alfa Cirebon dan Alfa Semarang.
Di Jalan Kartini ada Mie Bakso di samping Apotik Jaksa. Lumayanlah rasanya. Lagi-lagi di sebelahnya ada es krim duren yang sruputt... cocok sekali dengan suasana Cirebon yang panas. Nah, di Jalan Kartini juga, depan Grage Mal ada satu warung bakso lagi dekat Hotel Cirebon Plaza. Yang itu boleh jg.
Inti dari kunjungan saya ke Cirebon biasanya adalah seafood. Bapak dan Ibu saya biasa makan di Dumbo Pasar Pagi, yang sudah ada sejak saya belum ada tampaknya. Tapi buat saya Dumbo berkesan mahal dan sejak terakhir kali ditraktir orang tua saya lebih dari 10 tahun yang lalu, saya belum pernah ke sana lagi.
Nah, jadi di mana mencari Seafood? Di Timur pasar pagi persis kita menemui jembatan di atas kali kecil. Nah, di situ kalau belok ke Utara ada bioskop lama. Di dekat situ kalau malam kita temu restoran Haji Moel. Tanya aja ke semua tukang becak, mereka tahu. FYI, becak di Cirebon rata-rata bertarif 6ribu-8ribu. Jauh dekat, walau saya tidak pernah mencoba terlalu jauh.
Haji Moel ini, jaman saya wakuncar 3-4 tahun lalu, berada menempel di sebuah bangunan di sana. Ketika saya menikah 2004 yang lalu, bangunan itu sudah dibeli (kebetulan nasabah istri saya di Cirebon dulu). Dan ketika saya datang tahun baru 2007 kemarin, bangunan itu sudah direnovasi dan diperluas. Hebat sekali ya.
Haji Moel ini cukup murah. Kerang sepiring kalau nggak salah cuma sekitar 10 ribu. Cumi goreng tepung sepiring 10ribu. Ca Kangkung tidak sampai 10ribu.Yang agak mahal cuma specialtynya aja: Udang bakar. Itu pun tidak terlalu mahal. Untuk 6-8 potong Udang Bakar harganya 60 ribu. Ditambah minum-minum terakhir saya ke sana bedua dengan istri saya makan kekenyangan dengan 120 ribu. You really must go there. Berikut gambar apa yang saya dapatkan dengan 120 ribu, minus 2 piring udang rebus, 2 gelas jus dan beberapa otak-otak bakar.
Satu lagi yang membuat saya bingung kalau pergi ke Cirebon hanya 1 malam. Di depan alun-alun ada ikan bakar Haji Said. Ini jg enak saudara-saudara. Jangan salah. Di depan alun-alun ada ikan bakar lain tapi ikan bakar Haji Said yang nomor 1. Ikannya tidak amis, bumbunya meresap, harganya 25-35ribu untuk seekor ikan sebesar laptop 14inch (tentu ini sedikit hiperbola, tetapi nggak jauh koq). Saya sampai menyesal kehilangan no HP haji Said ini, karena dulu biasanya sebelum memutuskan berangkat ke Cirebon atau tidak, saya memastikan apakah si Haji Said jualan atau tidak.
Cukup untuk makan-makannya. Untuk oleh-oleh, silakan datang ke Pasar Pagi. Standar oleh-oleh dari Cirebon adalah sirup Campolay dan Emping Manis. Ada juga ikan asin dan beberapa lainnya. Tetapi anda bisa memilih sendiri di Pasar Pagi. Biasanya hal ini saya serahkan ke istri saya.
Kira-kira demikian posting saya tentang jalan-jalan ke Cirebon. Saya sendiri koq berharap makin banyak yang ke Cirebon dan ke kota-kota lainnya. Wisata domestik gitulah. Saya lihat teman-teman saya sudah pada ke Singapura padahal belum pernah ke Cirebon, Padang, Banten. Ck.
Nanti kapan-kapan saya tulis jg tentang jalan-jalan ke tempat lain. Tapi ini bukan blog wisata lho.
4 Comments:
At 10:15 AM , Anonymous said...
Makanan sebanyak itu buat berdua doank Dhit?
Gak heran skrg jadi: "maju perut pantat mundur."
btw, kalo di bogor tempat makan yg paling enak -selain di daerah air mancur, dimana ya?
At 11:23 AM , Dhita Yudhistira said...
Berdua aja Cus. Tp tentu saja pembagiannya tidak 50:50. 20:80 lebih tepat. Nah, itu mungkin alasan "maju perut pantat mundur". Hehehe.
Bogor kalau kaki 5 ada di daerah Padjajaran (keluar tol ambil ke kiri), sukasari (ini daerah jajan jg). Dan sekarang banyak jg yang jualan di Yasmin enak-enak. Loe kabarin aja kl ke Bogor.
At 8:28 PM , Anonymous said...
Siapa tuh yang udah bisa jalan jalan ke Singapur tapi ke Cirebon aja belum pernah? Malu maluin banget Dhit...
At 8:29 PM , Arra Muse said...
hai...dhita q komara yang punya blog http://www.blogcirebon.blogspot.com
blh gabung gak??
khan kita sama2 orang cirebon...
oia..neh link saya
http://www.blogcirebon.blogspot.com
ntu link bisa di kopiin yac ke blog kamu...
thx before..
ntar kita link balik ok!!
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home