Blog Dhita Yudhistira

Apakah Blog kata resmi dalam Bahasa Indonesia?

Wednesday, February 06, 2008

Bela Sungkawa untuk Para Prajurit Marinir

Yang selalu ditakutkan itu terjadi. Tank amfibi tua kita tenggelam. Tidak ada yang kaget. Beberapa tahun lalu ada berita bahwa ketika latihan gabungan dengan marinir AS, marinir AS tidak berani naik tank tua itu. Prajurit kita memang pemberani.

Tetapi itu selalu membuat kesal saya. Bayangkan seorang pilot yang menaiki helikopter berumur 40 tahun. Saya saja malas naik mobil berumur 25 tahun milik Bapak saya. Takut mogok di jalan. Dan kalau pesawat mogok di udara?

Selalu dikatakan,"Tapi itu sudah diretrofit, direpowering, dan layak pakai." Omong kosong. Kenapa pesawat kepresidenan tidak pakai pesawat tahun 60-an saja yang sudah di-retrofit dan direpowering kalau begitu?

Khusus masalah tank ini. Sebetulnya saya kira harganya tidak mahal. Tahun lalu Indonesia memutuskan membeli 20 tank BMP-3 baru dari Rusia, harganya USD 1,7jt per buahnya, atau sekitar 15 Milyar. Di jalan kita lihat bagai mana tentara mampu membeli Land Cruiser atau sedan mewah. Jadi di mata saya, hal ini semata tidak diprioritaskan. Mumpung tentara Indonesia pemberani.

Memang negara ini aneh. Lion Air mampu membeli 60 pesawat sedang TNI AU tidak mampu. Luar biasa tidak wajar. Perlu diketahui harga sebuah pesawat tempur tidak lebih mahal dari sebuah Boeing 737.

Saya pikir sudahlah, kalau memang dananya tidak ada, ya sudah tidak dipakai. Panser-panser itu dikandangkan saja dan nyatakan saja TNI AL tidak punya panser. Nggak usah dipaksakan memakai yang tua.

Panglima TNI AL mengatakan bahwa tenggelamnya tank amfibi harus dijadikan pelajaran. Pelajaran apa yang bisa diambil dari kejadian itu? Dengan tetap dipakainya panser itu kita tahu bahwa ternyata Panglima TNI AL sendiri tidak belajar dari tenggelamnya panser itu.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home