Hallo Semua!
Hari-hari terakhir ini saya tidak membaca koran. Ragu-ragu juga untuk bilang tidak sempat, saya tidak sesibuk itu. Juga, bukan karena sibuk pula saya belum menonton film Ayat-Ayat Cinta. Saya mungkin tidak tahan saja menonton film nasional yang tidak komedi. Konon, Ayat-Ayat cinta ini adalah salah satu film paling sedih yang pernah dibuat di Indonesia. Presiden SBY yang selama ini berusaha tegar ketika melihat korban banjir, korban lumpur Lapindo, warga yang makan nasi aking sambil antri minyak tanah, sampai balita penderita gizi buruk pun tak urung menitikkan air mata ketika menonton Ayat-Ayat Cinta.
Jadi saya belum nonton, takut sedih.
Presiden SBY kemarin marah-marah. Waktu dia sedang ceramah, ada peserta yang tertidur. Jadi SBY minta orang itu disuruh keluar, dan tidak diluluskan (sedang dalam satu pendidikan). Menurut SBY,"Pejabat seperti itu tidak mendengarkan rakyat, tidak usah diluluskan". Betul juga. Tapi saya takut para pejabat ke bawah kemudian ikut-ikutan. Ketika memberikan pidato marah ketika ada yang tidur. Bayangkan kalau misalkan bupati memberi pidato di SD dan ada yang tertidur,"Tolong jangan diluluskan, nanti dia jadi pemimpin yang tidak benar.", kira-kira begitulah bakal perkataan si Bupati. Padahal seperti kita ketahui bersama, pidato pejabat jarang yang penting. Kalau penting tentu sesuai hukum pasar, media akan berlomba-lomba meliput. Masih jadi pertanyaan buat saya, kalau sampai ada pendengar yang tertidur, yang salah yang mendengarkan atau yang bicara?
Saya tahu karena dua hari ini saya mulai membaca koran lagi. Beritanya sebetulnya tidak banyak berubah dari dulu. Terutama untuk kasus Indonesia. Guru bantu masih dibayar Rp 100-300 ribu. Lebih murah dari pembantu, belum lagi pembantu dapat tempat menginap dan makan. Jalan masih rusak. Katanya karena hujan. Tapi saya perhatikan ada juga jalan yang tidak rusak, mungkin akumulasi perawatan yang sembrono ditambah hujan lebih pas.
Yang menarik, adalah berita tentang pengalihan rumah oleh salah satu menteri kabinet Gotong Royong. Ceritanya, sekitar tahun 2004 seorang menteri tersebut mendapatkan rumah dinas. Karena rumah dinas itu termasuk rumah negara golongan I, maka dikeluarkanlah SK menteri (menteri yang bersangkutan tentunya) untuk mengubahnya menjadi golongan 2. Tidak lama kemudian, sekitar sebulan, keluar lagi SK menteri lain (dari menteri itu juga) yang menurunkan golongan rumah itu dari 2 ke 3, sehingga sah, legal untuk dijual. Kemudian diadakanlah transaksi antara negara, yang diwakili oleh departemen yang dipimpinnya, dengan sang menteri.
Sayang tidak disebutkan berapa nilai transaksinya. Buat saya hanya satu kata yang terlintas di kepala: Jahanam.
Mudah-mudahan rumah tersebut bisa diambil kembali, dan saya mendukung keinginan KPK untuk menelusuri semua aset negara untuk mencari kasus-kasus semacam ini.
Berita kedua yang menarik adalah tentang penangkapan Sekda Bintan dan anggota DPR karena kasus suap. Inti cerita, Bintan ingin membuat sebuah kompleks bisnis modern, dan melirik hutan lindung yang ada untuk dijadikan lokasi. Kenapa harus di hutan lindung? Tentu saja karena murah. Apalagi kalau sambil ditebang kayunya bisa dijual diam-diam. Sebuah LSM memperkirakan kerugian akibat pembabatan hutang lindung itu mencapai angka 5,6 Trilyun. Ini angka dari mana saya tidak tahu.
Menteri Kehutanan MS Kaban pada prinsipnya menyetujui, namun menunggu rekomendasi dari DPR. Saya sebetulnya agak heran, saya perhatikan Menteri Kehutanan hampir tidak pernah keberatan kalau ada hutan yang mau dialihkan. Mungkin memang tugas Departemen Kehutanan adalah mengubah hutan menjadi non hutan, bukan mempertahankan hutan seperti yang saya pikir selama ini.
Seperti Menkominfo misalnya. Ini juga menteri paling nggak jelas kerjaannya. Cuma buat menutup peredaran 'Fitna' di Indonesia, seluruh rapidshare dan youtube ditutup. Besok-besok kalau Pak Menteri buka usaha Pest Control jangan mau memakai jasa beliau. Untuk memberantas tikus di rumah anda, pasti rumahnya ikut dibakar. Nggak usah banyak ulah deh Pak Menteri. Urus saja 1-2 yang bisa diukur jelas, misalkan itu KTP nasional (lengkap dengan Single Identification Number) kapan mau online? Itu aja diurus.
Duh ngelantur. Menyebalkan sih, account rapidshare saya belum expired soalnya...
Kembali ke masalah rekomendasi hutan tadi, diduga terjadi penyuapan antara pemerintah kota Bintan (dalam hal ini diwakili oleh Sekda) dan DPR. Uang yang tertangkap basah ada beberapa juta, tapi katanya merupakan bagian dari komitmen yang besarnya milyaran rupiah.
Yang sering membuat saya dongkol sebetulnya, pejabat negara ini sering menjual negara dengan nilai yang kelewat murah. Maksud saya, kl kerugian negara trilyunan, ya wajarnya suapnya itu ratusan milyar. Kalau cuma milyaran sih.... Katanya pemerintahan ini dikuasai pedagang. Tapi saya lihat mentalnya masih mental pedagang barang bekas kalau begitu: jual murah.
Ngomong-ngomong soal pedagang, kemarin saya dengar di radio tentang serah terima sertifikat rumah kepada warga Sidoarjo yang terkena gusuran lumpur. Si Bapak, seharusnya menerima sekitar 56 juta sebagai uang muka 20% ganti rugi tananhya, tetapi mendapat transferan senilai 475 juta (semua dalam rupiah). Akhirnya si Bapak mengembalikan kelebihan senilai 400 juta rupiah.
Untuk menghargai kejujuran si Bapak, maka Lapindo memberikan hadiah rumah. "Karena di jaman sekarang sulit untuk mencari orang jujur.", kata perwakilan Lapindo. Buat saya masalahnya, rumah yang diberikan adalah rumah tipe 45/90, yang walau mungkin di Cibubur harganya bisa sampai 1 Milyar, saya yakin di Sidoarjo tidak sampai segitu. 100-an juta paling. Tampaknya yang ingin dikatakan oleh perwakilan Lapindo sesungguhnya adalah,"Karena di jaman sekarang sulit untuk mencari orang jujur, di kantor saya aja nggak ada..."
Ok, ok, kembali ke anggota DPR itu. Di detik diberitakan bahwa ikut tertangkap juga seorang wanita muda cantik jelita. Diduga bahwa wanita ini adalah 'bonus' buat anggota DPR itu. Dalam ilmu pemasaran, ini termasuk dalam 'Direct Incentive'. Biasanya dibagikan dalam bentuk merchandise yang diletakkan dalam kemasan. Contoh, stiker yang ada di kemasan Chiki. Memang aplikasi ilmu pemasaran sangat beraneka ragam tergantun pada kreativitas pemasarnya.
Pagi tadi, saya baca bahwa istri si anggota DPR menengok. Ternyata si anggota DPR adalah suami dari Kristina. Kalau tidak salah Kristina ini penyanyi dangdut terkenal. Menarik juga (Kristina masih menarik maksudnya).
Berita yang saya kira langsung menyangkut pada saya adalah pernyataan Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta bahwa di tengah keterlambatan pembangunan monorail, subway, dan busway, ada juga yang diperkirakan datang lebih cepat: kemacetan total di Jakarta akibat terlalu banyak mobil. Dari perkiraan tahun 2014, menjadi tahun 2011.
Kita ini semua seolah-olah sedang duduk di atas bom yang berdetak dengan waktu yang jelas tapi tidak melakukan apa-apa. Subsidi BBM tahun ini mencapai sekitar 140 Trilyun. Pemerintah DKI mau membuat tol dalam kota tambahan dengan dana 40 Trilyun. Penjualan motor tiap tahun kira-kira (dengan 4 juta motor per tahun dan 10 juta rupiah per motor) 40 Trilyun. Penjualan mobil kira-kira 40 Trilyun (dengan 400 ribu mobil per tahun dan kira-kira 100 juta rupiah per mobil). Dana untuk monorel cuma 6 Trilyun dan tidak kunjung ada....
Negara yang aneh. Coba kita tunggu dan lihat 3 tahun lagi, benarkah apa yang dikatakan Wadishub DKI itu.
Tapi SBY kemarin mengajak seluruh bangsa Indonesia untuk optimis. Bangsa ini harus bisa mengatasi permasalahannya. Saya setuju. Bangsa ini punya potensi besar dan semangat untuk bertahan. Kita akan berhasil. Kalau dipikir-pikir, hanya sedikit koq faktor yang bisa dijadikan dasar untuk pesimis. SBY itu salah satunya. :)
5 Comments:
At 10:26 PM , Anonymous said...
Kuakakaka.... pembelaan orang yang suka tidur di kelasnya pak herman killer. yang salah siapa dhit? elo? atau pak herman? :D :D :D
At 10:31 PM , Anonymous said...
Lucu juga loe ngerangkum berita koran dalam beberapa hari di satu blog entry.... kikikiki
At 8:04 AM , Dhita Yudhistira said...
Lho, jangan sembarangan ya. Gua itu nggak pernah tidur di kelas.
Hanya saja, kalau melihat hasilnya, mungkin lebih baik tidur saja sih di kelas. Toh sama saja.. :D
At 1:11 PM , Anonymous said...
Lebih baik tidur di kelas daripada ngobrol mengganggu org lain ;-)
At 11:56 PM , Anonymous said...
lebih baik lagi tidur di rumah, bisa selonjor. kalau ngiler ga malu sama teman. he he he
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home