Kita Memang belum Berpikir (se)Panjang (itu)
Konon, karena kita hidup di daerah tropis, maka kita tidak biasa berpikir panjang. Di negara-negara dengan 4 musim, di musim panas orang-orang harus bersiap-siap untuk musim dingin. Di negara kita tidak, semua tumbuh sepanjang tahun.
Apakah benar bahwa itu yang terbawa sampai saat ini, saya tidak bisa memastikan. Saya sendiri merasa tidak bisa berpikir terlalu detail dan terencana, apalagi buat yang jangka panjang. Dalam bisnis misalkan, saya punya rencana jangka panjang. Jangka panjang itu ya paling 5 tahun. Cukup panjang buat saya. Itu pun agak sulit dibedakan, antara rencana dan angan-angan.
Pemerintah kita, juga terkena sindrom yang sama. Apalagi sekarang-sekarang, di mana mereka dinilai setiap 5 tahun. Dulu jaman Megawati, rotan mentah diperbolehkan ekspor langsung. Mungkin pemikirannya, karena ekspor rotan mentah secara langsung mempependek proses mendapatkan uang. Jadi rakyat yang saat itu sulit mendapatkan uang bisa cepat memperoleh rejeki. Dan jelas, menaikkan angka laporan ekspor.
Kalau pun setelah bertahun-tahun kemudian muncul dampak seperti hancurnya industri furniture lokal, ya itu kan sudah beda presidennya.
Sekarang misalkan, subsidi energi 100 trilyun lebih. Kemudian SBY-JK meluncurkan program konversi (ke gas) dan pembangunan pembangkit listrik 10 ribu megawatt bertenaga batu-bara. Kalau ini selesai, 2-3 tahun lagi pemerintah bisa mengalokasikan dana lebih dari 50 trilyun yang tadinya dipakai untuk subsidi ke alokasi lain.
Jadi mungkin presiden berikut akan bagi-bagi subsidi (pendidikan, kesehatan) sambil bilang,"Dulu SBY-JK nggak begini toh?". Padahal itu bukan jerih payah dia juga.
Sayangnya, umumnya orang Indonesia bermemori pendek. Jadi selain tidak berpikir panjang, memorinya juga pendek. Klop. Misalkan, 2009 SBY-JK kalah, 2014 mereka bisa mencalonkan diri. Kemungkinan semua orang sudah lupa kenapa mereka dulunya tidak lagi memilih SBY-JK.
Pagi ini ada berita menarik di detikcom. Korea mengajukan perpanjangan kontrak LNG yang akan habis di 2014 dan 2017. Dan berikut respon pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Menteri ESDM Kalau anda ingat, ngomong-ngomong, Pak Purnomo inilah Menteri ESDM ketika berkali-kali harga BBM naik. Presidennya boleh ganti, Menteri ESDMnya tetap. Mungkin dianggap sukses ya.
O iya, kutipannya begini:
"Mereka meminta perpanjangan kontrak LNG yang akan selesai 2014 dan 2017. Tapi itu kan masih lama, kita belum bisa komit karena harus memastikan kebutuhan domestik dulu," katanya.
Jadi dari sini kita bisa melihat, untuk Indonesia 2014 itu masih lama. Buat Korea sih, mungkin sudah dekat.
Apakah benar bahwa itu yang terbawa sampai saat ini, saya tidak bisa memastikan. Saya sendiri merasa tidak bisa berpikir terlalu detail dan terencana, apalagi buat yang jangka panjang. Dalam bisnis misalkan, saya punya rencana jangka panjang. Jangka panjang itu ya paling 5 tahun. Cukup panjang buat saya. Itu pun agak sulit dibedakan, antara rencana dan angan-angan.
Pemerintah kita, juga terkena sindrom yang sama. Apalagi sekarang-sekarang, di mana mereka dinilai setiap 5 tahun. Dulu jaman Megawati, rotan mentah diperbolehkan ekspor langsung. Mungkin pemikirannya, karena ekspor rotan mentah secara langsung mempependek proses mendapatkan uang. Jadi rakyat yang saat itu sulit mendapatkan uang bisa cepat memperoleh rejeki. Dan jelas, menaikkan angka laporan ekspor.
Kalau pun setelah bertahun-tahun kemudian muncul dampak seperti hancurnya industri furniture lokal, ya itu kan sudah beda presidennya.
Sekarang misalkan, subsidi energi 100 trilyun lebih. Kemudian SBY-JK meluncurkan program konversi (ke gas) dan pembangunan pembangkit listrik 10 ribu megawatt bertenaga batu-bara. Kalau ini selesai, 2-3 tahun lagi pemerintah bisa mengalokasikan dana lebih dari 50 trilyun yang tadinya dipakai untuk subsidi ke alokasi lain.
Jadi mungkin presiden berikut akan bagi-bagi subsidi (pendidikan, kesehatan) sambil bilang,"Dulu SBY-JK nggak begini toh?". Padahal itu bukan jerih payah dia juga.
Sayangnya, umumnya orang Indonesia bermemori pendek. Jadi selain tidak berpikir panjang, memorinya juga pendek. Klop. Misalkan, 2009 SBY-JK kalah, 2014 mereka bisa mencalonkan diri. Kemungkinan semua orang sudah lupa kenapa mereka dulunya tidak lagi memilih SBY-JK.
Pagi ini ada berita menarik di detikcom. Korea mengajukan perpanjangan kontrak LNG yang akan habis di 2014 dan 2017. Dan berikut respon pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Menteri ESDM Kalau anda ingat, ngomong-ngomong, Pak Purnomo inilah Menteri ESDM ketika berkali-kali harga BBM naik. Presidennya boleh ganti, Menteri ESDMnya tetap. Mungkin dianggap sukses ya.
O iya, kutipannya begini:
"Mereka meminta perpanjangan kontrak LNG yang akan selesai 2014 dan 2017. Tapi itu kan masih lama, kita belum bisa komit karena harus memastikan kebutuhan domestik dulu," katanya.
Jadi dari sini kita bisa melihat, untuk Indonesia 2014 itu masih lama. Buat Korea sih, mungkin sudah dekat.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home