Blog Dhita Yudhistira

Apakah Blog kata resmi dalam Bahasa Indonesia?

Sunday, January 14, 2007

Cirebon, Wisata ke Masjid-Masjid Tua

Sampai beberapa lama setelah saya sering main ke Cirebon, wisata sejarah yang saya tahu di Cirebon hanyalah Keraton. Tetapi kemudian saya mendapat kesempatan untuk mengikuti tim Masjid2000 untuk hunting foto-foto masjid tua bersejarah di Cirebon, dan ternyata luar biasa. Berikut beberapa potongannya.

Sesuai dengan sejarahnya, dikabarkan bahwa salah satu masjid tertua di Asia Tenggara ada di Cirebon. Letaknya di dekat Keraton Kanoman. Sayang sekali, pemerintah merenovasinya pada tahun 80-an. Dan seperti banyak proses renovasi yang dilakukan pemerintah atas peninggalan sejarah, bentuknya berubah sama sekali. Hampir tidak ada bagian yang bisa kita kenali di sini.

Di daerah kerajinan batik Trusmi, terdapat 2 masjid tua. Saya agak bingung dengan namanya. Anggap saja masjid Trusmi 1 dan masjid Trusmi2. Masjid Trusmi 1 memiliki ukiran yang menandakan tahun pendiriannya, sekitar tahun 1400-1500M (saya tidak bisa membaca tahun Jawa kuno, jd mohon anda melihat sendiri ke sana). Artinya lebih tua dari kesultanan Cirebon sendiri.

Ketika kita masuk ke ruangan masjid, mata kita langsung tertancap pada sebuah tiang berukir yang rasanya tidak pas penempatannya. Tiang itu terletak di antara 2 tiang 'normal'. Ketika saya menanyakan apakah tiang itu terletak di sana karena kesalahan konstruksi awal, ternyata jawabannya demikian. Jumlah tiang mengikuti jumlah rakaat shalat dalam 1 hari: 2, 4, 4, 3, 4. Totalnya 17. Karena angka 17 ini susah dicapai untuk masjid jika tidak ada tiang tengah, maka diletakkanlah di situ. Hmmm... boleh jg idenya.

Masjid ini sempat direnovasi, tetapi kita masih dapat menemui bagian aslinya secara utuh. Bahkan mimbar yang digunakan khatib masih asli, belum pernah berubah. Di dindingnya kita temukan ukiran berupa keramik dari luar negeri. Pemakaian keramik sebagai hiasan dinding ini umum kita jumpai di Cirebon, termasuk untuk Keraton.

Masjid Trusmi 1 ini masih terletak di pinggiran persawahan, dikelilingi kuburan walaupun lokasinya dekat perkampungan. Tidak jauh dari masjid, terdapar pohon beringin yang sangat besar. Menurut keterangan, baru sampai akhir-akhir ini saja foto dari pohon tersebut bisa diambil. Biasanya selalu gagal.

Masjid Trusmi 2 terletak di sekitar jalan Trusmi Kulon Weru. Di pinggir jalan, masih ramai didatangi peziarah terutama di beberapa hari besar Islam. Bentuknya cukup unik, lebih mengingatkan kepada pura Hindu dari pada sebuah masjid. Bahkan para penunggunya masih memakai pakai khas berupa kain yang dilampirkan seperti di Bali. Ketika saya datang ke sana, tepat pada shalat Dzuhur. Anehnya para penunggu ini tidak ikut shalat berjamaah. Konon, masjid ini dulunya memang tempat pengasingan penguasa Hindu yang tersingkir ketika Islam masuk, sebelum akhirnya menjadi masjid.

Saya agak lupa, mungkin pada saat Mauludan, masjid ini sangat ramai. Nah, di sana tersedia sebuah tempat mandi. Dipercaya kalau wanita mandi di sana pada saat itu, jodohnya cepat datang. Teknisnya, mandi di situ dan ganti baju juga di situ. Sementara yang laki-laki jg di sebelahnya, dan intip-mengintip sangat mudah dilakukan. Saya kurang jelas apakah jodoh menjadi lebih mudah karena mandinya atau karena intip-mengintip ini. Hehehe.

Yang jelas, karena sering disinggahi peziarah yang umumnya royal menyumbang, kunjungan ke masjid ini terganggu oleh peminta-minta yang cukup memaksa.

Masjid terakhir yang saya datangi bersama tim Masjid 2000 adalah masjid Panjunan, di jalan Panjunan. Dari arah Pasar Pagi, terus ke Timur. Tidak jauh ada belokan ke Kiri/Selatan. Nah di situ Panjunan.

Mencengangkan bagi saya, bahwa sebuah masjid yang terletak di antara pemukiman padat penduduk ternyata adalah masjid yang sangat bersejarah. Tetapi ini sangat lazim di Indonesia. Rumah HOS Cokroaminoto di Surabaya yang menjadi tempat indekos tokoh-tokoh nasional dl jg mengalami nasib yang sama, terlantar tanpa perhatian pemerintah.

Masjid Panjunan ini cukup terawat, mungkin karena letaknya yang di tengah-tengah kota. Terasnya memang baru. Bagian dalamnya lah masjid lama yang sesungguhnya. Menarik untuk mempertanyakan mengapa semua masjid tua mempunya pintu yang rendah, tidak sampai 1,5 meter. Ada yang mengatakan agar orang yang masuk ke masjid menundukkan badannya, tanda kerendahan hati.

Hanya saja, dari semua masjid tua yang saya kunjungi, sangat saya sayangkan bahwa para penjaga masjid tidak terlalu baik dalam mengulas sejarah masjidnya. Bahkan mereka cenderung lebih menonjolkan cerita-cerita yang berbau mistis sebagai informasi.

Saya ucapkan terima kasih kepada tim Masjid2000. Berikut foto mereka ketika sedang beraksi. Foto-foto yang saya tampilkan kurang baik karena memang saya seorang amatir dengan sebuah kamera saku. Blitznya saja tidak sampai gitu lho. Untuk gambar dan keterangan yang lebih baik sebaiknya menunggu terbitan dari tim Masjid 2000. Mudah-mudahan ini memacu perhatian kita kepada perkembangan Islam di tanah air, sejarah bangsa, dan meningkatkan kepedulian pada peninggalan sejarah.

6 Comments:

  • At 2:16 PM , Blogger Ali Akbar said...

    Ass.
    Saya ingin mengontak Tim Masjid2000, bagaimana caranya? Mungkin tim itu sudah bubar? Terus hak cipta CD itu pada siapa?
    Saya ingin izin untuk memanfaatkan CD itu untuk kepentingan yang positif.
    Terima kasih atas bantuan Anda.

     
  • At 12:29 AM , Blogger Dhita Yudhistira said...

    Ass,

    Mas, kalau berminat mengontak tim masjid 2000, email saja ke saya japri: d.yudhistira@gmail.com

    Insyaallah akan saya sampaikan.

    Terima kasih

     
  • At 4:01 PM , Blogger Unknown said...

    Ass,
    Info yg cukup barmanfaat, akan lebih baik bila alamat dan lokasi masjidnya bisa lebih detail lagi. saya tertarik dengan Tim Masjid 2000, bisa tolong info yang lebih detail? bisa tolong infokan ke email saya di dapeid@gmail.com terima kasih atas bantuannya

     
  • At 10:54 PM , Anonymous Anonymous said...

    itu yang masjid trusmi 1 namanya masjid kaliwulu tempatnya di desa kaliwulu, lo yang masjid trusmi 2 memng namanya masjid trusmi letaknya di desa trusmi, kedua masjid memang letaknya berdekatan, 1 lg knpa penjaga masjid tidak menceritakan sejarah asli masjidnya dikarenakan sudah dari turun temurun sejarah tersebut tidak boleh di publikasikan.

     
  • At 10:34 AM , Blogger Dhita Yudhistira said...

    Terima kasih atas infonya Mas. Kira-kira, apa boleh dishare sejarahnya?

     
  • At 1:10 PM , Anonymous Anonymous said...

    ya sama2,, saya rasa tidak boleh deh,, karena jangankan di posting di intrnet, dibuat buku aja tidak ada buku yang menceritakan sejarahnya,,,,

     

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home