Blog Dhita Yudhistira

Apakah Blog kata resmi dalam Bahasa Indonesia?

Tuesday, May 22, 2007

Ke Istana Bogor

Saya sudah tinggal di Bogor sejak tahun 1993, dan belum pernah masuk ke Istana Bogor. Bukan seperti mahasiswa ITB yang tidak pernah ke kebun binatang, alasannya semata-mata adalah memang Istana Bogor tidak bisa dikunjungi umum.

Waktu KTT APEC tahun 93 (94?) di istana Bogor, saya cuma kebagian mengibarkan bendera di jalan. Waktu kunjungan Bush 2006, saya disuruh di rumah saja. Waktu pernikahan Agus Yudhoyono-Anisa Pohan, saya tidak diundang.

Memang tahun-tahun terakhir ini kabarnya kita bisa masuk berombongan. Tapi kesempatan nyata terbuka minggu ini, ketika Pemkot Bogor membuka kesempatan untuk mengunjungi Istana Bogor dalam rangka ulang tahun kota Bogor.

Syaratnya: tidak memakai jeans, kaos oblong, sandal jepit dan tidak membawa kamera. Tidak perlu bayar. Saya kira ini syarat yang cukup bisa diterima. Kecuali yang terakhir. Alasannya, kalau kita memotret lukisan di Istana Bogor, maka akan banyak reproduksi. Dan nilainya akan turun. Saya kurang mengerti, tapi reproduksi Monalisa ada di mana-mana dan harganya nggak turun-turun. Yang jelas, disediakan tukang foto dengan tarif 15 ribu sekali jepret, tanpa mendapatkan negatif atau filenya.

Untunglah sekarang ada scanner.

Saya sering berpikir-pikir dan membandingkan. Maaf sebelumnya, saya terkadang terlalu banyak berpikir. Kalau kita lihat rumah-rumah orang kaya di Amerika yang dibangun di jaman dulu (biasanya milik pemilik perkebunan), gedungnya besar sekali. Bahkan mungkin (karena saya belum pernah mengunjungi sendiri) lebih besar dari Keraton Yogya dan Solo.

Menurut saya, dengan demikian artinya bahwa kerajaan-kerajaan modern Indonesia (berbicara tentang Mataram Islam dan sesudahnya) memang tidak pernah mencapai kekayaan (sekaligus kejayaan) seperti yang dicapai oleh seorang pemilik perkebunan di Amerika pada masa itu sekali pun. Sebagai perbandingan di India dan Thailand banyak istana-istana besar.

Yah, mau bilang apalagi. Memang cuma sampai segitu saja. Walau demikian Tamansari Keraton sebetulnya cukup besar untuk dibanggakan. Kapan-kapan mungkin akan saya bahas. Juga sebetulnya saya punya alasan juga (atau dalih, mengutip dosen saya) tentang mengapa tidak ada istana besar di Indonesia.

Kembali ke Istana Bogor. Istananya cukup megah dan bagus. Saya jadi pengen juga tinggal di rumah sebesar dan dengan halaman seluas itu. Kapan ya jadi presiden...

Bagi yang berminat, kesempatan terbuka sampai tanggal 24 Mei 2007.

4 Comments:

  • At 8:20 AM , Anonymous Anonymous said...

    Dhit, itu anakmu ya?

     
  • At 11:21 PM , Blogger Dhita Yudhistira said...

    Bukan, itu 2 anak mah keponakan.

     
  • At 4:50 PM , Blogger za said...

    Mas Dhita, tapi kok foto-nya seperti tempelan sih. Maksud ku, tidak terlihat alami gitu orang-orangnya.

     
  • At 8:59 PM , Blogger Dhita Yudhistira said...

    Hmmm.. sebetulnya itu foto hasil scan. Filenya terlalu besar, saya kecilkan tanpa melihat bahwa ternyata hasilnya tidak bagus (terlalu kecil). Jd begitulah.

    Tp asli koq...

     

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home