Blog Dhita Yudhistira

Apakah Blog kata resmi dalam Bahasa Indonesia?

Wednesday, May 23, 2007

Menjadi Modern


Foto ini terlihat seperti gerai Kentucky Fried Chicken (KFC) biasa. Yang membuatnya menjadi berbeda adalah, gerai ini ada di kota yang tidak terlalu besar: Sadang, Purwakarta.

Saya masih ingat jaman ketika fast food hanya ada 1-2 buah saja di kota besar seperti Jakarta dan Medan. Tanpa terasa, saat ini sudah merambah sampai ke kota-kota kecil.

Di Sadang, ada sebuah mal. Disebut sebagai Sadang Terminal Square. Dulu, sekitar 3 tahun yang lalu, di tempat itu masih berdiri sebuah terminal. Beberapa pengusaha memang mencoba peruntungan membangun mal di kota yang tidak terlalu besar. Ada yang gagal, seperti di Cianjur (Cianjur Supermal). Di Sadang sendiri, mal tidak terlalu ramai tetapi tidak terlampau sepi juga.

Waktu tol Cipularang baru dibuka, perjalanan sepanjang 2 jam dari Jakarta ke Bandung ditempuh tanpa tempat istirahat. Saya sering keluar di Sadang untuk makan rendang dan sayur singkong di Natrabu Sadang Terminal Square. Tetapi umumnya ini dilakukan siang hari.

Jadi kesempatan itu datang, karena saya berangkat ke Bandung Sabtu sore dan mampir di Sadang sekitar pukul 19.30. Ramai juga yang datang ke STS ini. Sebagian hanya duduk-duduk (duduk-duduk di danau atau taman sudah tidak musim), sebagian meminta-minta (rombongan peminta-minta cukup besar dan duduk di lobby).

Karena rendang di Natrabu sudah habis, saya memutuskan makan di KFC. Antriannya cukup panjang, sekitar 3-4 pelanggan per counter dengan 3 counter. Sambil antri, tiba-tiba beberapa orang membuka jalur antrian baru tanpa mempedulikan orang-orang yang sudah antri sebelumnya.

Mengertilah saya. Bahwa menjadi modern ditandai oleh hal-hal yang bersifat lahiriah seperti makan di fast food, tetapi tanpa dibarengi semangat dan sikap mental sesungguhnya dari menjadi modern seperti mengantri.

Bangsa Indonesia, adalah bangsa yang lebih menyukai simbol ketimbang isi. Sekolah untuk mengejar gelar (masih lebih baik dari pada memalsukan ijazah), shalat tapi korupsi, dan sebagainya.

Beberapa waktu lalu saya bertemu beberapa mahasiswa yang sedang kerja sambilan mengurus arsip. Datang dengan pakaian up to date dan gadget terkini untuk pekerjaan yang menurut saya, maaf, seharusnya bisa dikerjakan oleh anak SMEA.

Mungkin terlalu kejam ketika saya berpikir, bahwa sesungguhnya penampilan modern mereka (seperti di negara-negara maju) tidak diimbangi oleh produktivitas. Dan ketika penampilan modern yang disokong oleh konsumsi ini tidak diimbangi oleh produktivitas, tidak ada lagi hal yang baik tersisa.

4 Comments:

  • At 11:16 PM , Anonymous Anonymous said...

    Ya itulah, menjadi modern dianggapnya sebagai mengkonsumsi barang2 dari negara maju. Padahal menjadi modern itu lebih ke arah mengubah sikap hidup. Eh tapi, di negara maju seperti Inggris pun, banyak loh yang tidak modern orang2nya, masih banyak yang percaya tahayul, yang namanya cenayang masih laku saja tuh.

     
  • At 4:09 AM , Anonymous Anonymous said...

    Kenapa harus malu mahasiswa kerja sambilan mengurus arsip? Mahasiswa Berkeley nyambinya jadi petugas perpustakaan yang membantu pengunjungnya, jadi guide utk tour keliling kampus atau kerja di restoran lokal.

     
  • At 7:37 AM , Blogger Dhita Yudhistira said...

    Iya jg sih. Dan gua sebetulnya nggak mempermasalahkan kl harus nyapu jg. Malah bagus.

    Cuma waktu itu, ada suasana yang 'terlalu banyak gaya' yang bikin gua sebel... :)

    Mungkin gua salah deh.

     
  • At 10:02 PM , Blogger Dreamer said...

    Purwakarta is my hometown. Biarlah orang Purwakarta mencoba sentuhan modernisasi secara lahiriah dulu. Mudah2an selanjutnya ditindak lanjuti dengan sikap mental yang modern juga.
    Piss

     

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home