Blog Dhita Yudhistira

Apakah Blog kata resmi dalam Bahasa Indonesia?

Sunday, May 27, 2007

UI Universitas Terbaik di Indonesia

Beberapa waktu lalu Tempo mengadakan survey tentang universitas terbaik dari persepsi dunia kerja. Parameter yang diukur adalah aktif berorganisasi (20,3 persen), kemampuan bahasa Inggris (18,6 persen), tekun belajar (17,7 persen), mengikuti perkembangan informasi (15,98 persen), memiliki pergaulan luas (15,07 persen), dan mempelajari aplikasi komputer (12,32 persen).

Hasilnya sebagai berikut: 1. UI, 2. ITB, 3. UGM 4. IPB. Saya agak sungkan menulis tentang ini sebetulnya. Tetapi ternyata Trisakti dan UI tidak. Trisakti memuat iklan yang besar di koran tentang keberhasilannya masuk 10 besar. UI menuliskannya di webnya.

Pertama harus saya katakan bahwa saya ini ITB-sentris. Buat saya ITB nomor 1. Tapi boleh dibilang ini memang masalah emosional belaka. Saya loyalis. Jadi buat saya, misalkan, SMAN 1 Bogor (almamater saya) adalah SMA nomor 1 di Indonesia. Walau jelas-jelas rata-rata NEM kelulusannya dulu kalah jauh dari SMA 3 Bandung, misalkan.

Yang agak aneh, saya lebih grogi saingan dengan alumni ITB dari pada alumni luar negeri, dari beberapa yang ngetop sekali pun (memang saya beum pernah ada kesempatan bersaing di bidang apa pun dengan alumni MIT, Caltech, Harvard). Jadi buat alumni non-ITB yang baca blog saya, anggap saja saya memang ultra-chauvinis.

Nah, beberapa waktu lalu juga, November 2006, The Times menempatkan Universitas Indonesia di urutan 250, ITB (258), UGM (270), dan Universitas Diponegoro (495). Jadi ITB memang nomor 2.

Bagai mana saya menanggapi itu?

Pertama, saya beranggapan bahwa orang ITB itu terlalu sedikit. Setiap tahun hanya terima sekitar 2000 mahasiswa S1 tanpa ada D3 atau ekstension. Bandingkan dengan UI yang terima ribuan S1 plus ribuan D3 dan seterusnya. Jadi ketemu bintang film, kuliah di UI. Ketemu penyanyi, kuliah di UI. Dan seterusnya. Terus misalkan untuk elektro. Jumlahnya cuma 160 orang. Di luar 10 perusahaan besar, sudah tinggal sedikit yang tersisa. Jadi agak susah.

Kedua, ITB itu cuma teknik saja. Jadi segitu sudah hebat. Kalau di luar negeri (artinya termasuk Times), pamor ditentukan oleh jurnal internasional. Nah UI dan UGM banyak terbantu jurnal sosial dan ekonomi. Setahu saya untuk sosial malah peringkat UGM tinggi sekali. Kalau UI terutama untuk kedokteran. Di Indonesia kedokteran adalah jurusan yang cukup baik karena dana penelitian dan praktek sebagian ditunjang depkes (lewat Rumah Sakit) dan karena ilmu ini sifatnya regional (nggak mungkin dong riset malaria tropis di Amerika). Jadi yahh.... nomor 2 itu sudah luar biasa buat saya.

Ketiga, ITB itu memang guoblog sekali marketingnya. Hampir tiap tahun masuk final lomba desain IC internasional di Jepang, bahkan menang juara 1, tapi gaungnya lemah. Itu cuma satu contoh aja. Coba bandingkan dengan tim Ekonomi UI masuk final internasional kontes L'oreal. Masuk koran fotonya sedang dikalungi bunga di Soekarno-Hatta. Waktu tim ITB yang ikut ke Final internasional (tim MM), beritanya segitu-segitu aja.

Ya begitulah. Tapi saya punya perkiraan kalau begini terus, ITB akan redup. Permasalahannya bukan di ITB sendiri. Ekonomi Indonesia (yang dimotori tim-nya oleh tim Ekonomi universitas XX) berkembang menuju deindustrialisasi. Artinya, insinyur semakin tidak dibutuhkan. Jadi buat apa belajar teknik susah-susah. Toh perusahaannya perusahaan dagang semua. Cepat atau lambat minat masuk ITB akan semakin turun seiring turunnya dana R&D. Untuk ini saya sama sekali tidak mencemaskan ITB. Saya mencemaskan negara ini.

Anyway, sebagai penutup saya kutip paragraf dari web UI.

Dari 10 Top Perguruan Tinggi yang lulusannya dianggap favorit di pasar kerja, Universitas Indonesia menduduki peringkat yang pertama. Lima dari 12 fakultas di UI yang selalu dibanjiri pendaftar (diurut berdasarkan ranking) adalah: Fakultas Ekonomi, Kedokteran, Hukum, Ilmu Budaya serta Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Hasil survey Pusat Data dan Analisa TEMPO tahun 2006 telah membuktikan bahwa kualitas Program Studi Ilmu Akuntansi dan Manajemen FEUI menempati peringkat teratas dibanding semua perguruan tinggi di negeri ini. Kualitas lulusan FEUI memang telah lama dikenal andal, bahkan pemikiran ekonomi negeri ini banyak dipengaruhi lulusannya.

Jadi ke mana kalau mau kuliah teknik nomor 1? Sudah tahu dong ... Hehehehe

Demi Tuhan, Bangsa dan Almamater!

33 Comments:

  • At 8:54 PM , Anonymous Anonymous said...

    Hmmm.... Sayah mah bersyukur pisan bisa masuk elektro ITB..... karena.... yah.... begitu deh... belum pernah masuk UI ato UGM sih... belum bisa bandingin.... chauvinism? hmm.... dikit ah.... hahaha...

    Untuk Tuhan, Bangsa dan Almamater....

     
  • At 9:36 PM , Anonymous Anonymous said...

    Hahaha, narsis! Ah, kuliah di mana pun, yang penting pas kuliah senang dan pas lulus bisa mendapat skill yang diharapkan :-)

     
  • At 9:37 PM , Blogger Dhita Yudhistira said...

    Wah, ITB banget tuh nDres!!! (super narsis mode...)

     
  • At 12:08 AM , Anonymous Anonymous said...

    Demi Tuhan, Bangsa, dan Almamater !!



    narsis mode : ON

     
  • At 9:37 AM , Blogger diah said...

    Quite interesting....:). But the most important thing (for me) is how to be rahmatan lil alamin in anyway, regardless how people respect me or my almamater.

    "alumni ITB yang gak chauvinis" ... peace...
    Diah.

     
  • At 12:56 PM , Anonymous Anonymous said...

    Anda pasti tahu mayoritas ekonom, dan pakar teknik di negara kita berasal dari almamater mana ??

    tapi koq ekonomi kita tetap morat-marit, teknologi kita jauh ketinggalan. Masih mo ngebanggain peringkat ?? Malu-maluin.

     
  • At 1:04 PM , Blogger Dhita Yudhistira said...

    Jangan lupa disebut, Presiden yang 31 tahun itu lulusan mana? :D

    Begini. Anda harus melihat. Sebuah FH (bukan TH) di Jerman memiliki anggaran dari pemerintah sampai paling tidak US$ 100 juta per tahun. ITB paling hanya mendapat Rp 150 M per tahun. Demikian juga UI, IPB, UGM, dan sebagainya.

    Dengan dana yang hanya segitu, pencapaian 300 besar dunia sudah sangat luar biasa. Dan menurut saya, itu sesuatu yang cukup pantas untuk dibanggakan. Jd bukan semata peringkat yang saya banggakan, tp hasil dibandingkan modal yang dimiliki.

    Kalau masalah morat-maritnya Indonesia, itu perdebatan dengan topik yang lain lagi.

     
  • At 4:31 PM , Anonymous Anonymous said...

    hey dhita... kamu bangga banget ama itb? i don't know you, but i think: kasian banget deh loe... hari gini gitu lho matanya belum kebuka, hihihi! jadi org kok bisa chauvinis gitu... liat tuh negara kita jadi kaya gimana sejak dipimpin sama org2 alumni itb?! jerowacik aja yg jadi menteri pariwisata sekarang bahasa inggrisnya ancur2an!

    dan sialnya, kasian banget ya kita yg jadi korban kesakitjiwaan ini semua krn terjebak di kampus yang cuma besar namanya dan besar kepalanya!!! dan kasian banget mereka yang menyadari kenyataan yang sebenernya tentang itb...

     
  • At 4:34 PM , Anonymous Anonymous said...

    btw, gw juga lulusan itb. dan gw lebih berharap jadi lulusan unkris alias universitas keripik singkong, hihihi!

    approve ya, dude! ini kan pencerahan =P

     
  • At 8:47 PM , Blogger Dhita Yudhistira said...

    Tacha. Angkatan berapa ya?

    Mungkin alumni-alumni berkualitas yang nggak pede macam anda itu yang bikin alumni nggak berkualitas bisa maju...

    Hehehehe.

    Jangan marah ya, ini kan pengkeruhan.

     
  • At 8:54 PM , Blogger Dhita Yudhistira said...

    O ya Tacha, kalau mau jd alumni unkris masih bisa S2 koq.

     
  • At 8:45 PM , Blogger Unknown said...

    Oke.. gw setuju banget ama lu.. ITB tetap nomor 1 sampai mati.. Gw bersyukur pernah kuliah di sini..

    Untuk Tuhan Bangsa Dan Almamater

     
  • At 8:30 AM , Anonymous Anonymous said...

    Gw lulusan ITB, tapi masih bisa berkeliaran, ga pernah ngelamar kerja, dan dapet duit.... masih di bidang teknik lho... bukan di MLM , dan, gak kongkalikong sama alumni ITB lainyg punya kekuasaan dan harta ;) Hahaha.... alumni lain ada ga ya yang bisa gitu ? :D
    *sombong mode*

     
  • At 10:52 AM , Anonymous Anonymous said...

    hmm...

    sebenernya gak masalah mau almamater nya apa yg penting kan bisa dapet kerjaan yg bonafid, trus syukur-syukur kalo ntar kaya bisa bawa barokah buat orang lain.

    jangan jadi chauvinis deh, mau lulusan ITB ato lulusan UI juga sebenernya kalo mo ngebandingin gaji awal fresh graduatenya kalian tuh tetep kalah ama STAN...

    nganggur nunggu penempatan dapet gaji, pas penempatan dapet duit perjalanan ke lokasi, setelah kerja gaji makin bengkak, mana ada rencana dirjen pajak mau naikin gajinya, terus belum sabetan-sabetannya .... SHIIIEEEETTTTTT !!!!

     
  • At 9:31 PM , Blogger Dhita Yudhistira said...

    Parameter koq gaji/penghasilan melulu ya...

     
  • At 7:52 PM , Anonymous Anonymous said...

    haha pak dosen ini fanatik juga ya.
    yang penting masuk surga pak.
    amin

     
  • At 10:10 AM , Anonymous Anonymous said...

    jadi bingung cuy !!!!!!!!
    mana yg bagus UI or ITB
    tapi dimna2 mah sekarang perushaan pd nyari karywan lulusan univ ternama,,,ITB ; UI ; trisakti
    (itu terbaik menrt gw brur!!!)
    kalo di ITB bagus otaknya
    UI & 3SAKTI bagus duitnya

    gw UNSRI cuy !!!!!!!!!!
    bakal dapet kerja ga ya ??

    kenapa seh NEGARA kita selalu mengagung-agungkan titel???????
    bukan skill ????
    strata berapa ?
    lulusan mana ?

     
  • At 10:55 PM , Anonymous Anonymous said...

    hmm..gw sekarang masih mahasiswa UI, jujur aja gw emang UI-Sentris, apalagi FEUI. tapi gw tetep ngehormatin lulusan univ lain, terutama ITB (teknik), IPB (pertanian) dan UGM, apalagi kakak gw lulusan matematik ITB, dan keluarga gw banyak lulusan IPB dan UGM.

    diatas ada yg bilang "loe tau kan ekonomi dan teknik kita motornya ekononom,teknik lulusan mana, dll"
    mau komen aja:

    -1 orang gak bisa bikin suatu kesebelasan juara piala dunia cuy, masih ada 10 orang lainnya yg gak bisa diajak kerja sama, kerjaannya demo melulu, kalo ngoper bola ngopernya ke musuh :D gmana mau juara? ehhehe, diliat2 emang masih harus lewat proses pembangunan jangka panjang, dibangun fondasi pelan2, tapi kaya yg kita tau, kita sekarang hidup di dunia globalisasi, jadi kejadian di dunia Internaional pasti mempengaruhi Indonesia juga, itu bisa jadi keuntungan buat Indonesia, tapi sekaligus bisa jadi kerugian..

     
  • At 4:13 PM , Anonymous Anonymous said...

    Sangat Serius dan Sangat Mendesak:

    Dicari 10-15 Programmer Java dengan berbagai Level Keahlian untuk bekerja di PT Imocha (www.imocha.com.my). Suatu perusahaan Teknologi Informasi Malaysia. Kandidat yang diterima akan bekerja di BOGOR, JAWA BARAT (Tepatnya di Jalan Pajajaran Bogor). Perusahaan Imocha Malaysia membuka cabang unit produknya di BOGOR.

    Tanggung Jawab Umum:

    Koding dalam Java menjadi tugas sehari-hari. Area Pengembangan mencakup Teknologi Cutting-Edge seperti: JEE5, GlassFish, Struts2, Teknologi JAX, Apache Service MIx (ESB) dll.
    Berpartisipasi dalam pendesainan kebutuhan fungsi dan kebutuhan teknis.
    Memberikan ide-ide cemerlang pada tim.
    Dapat bekerja dalam deadline yang ketat namun tetap memelihara kualitas software.

    Tanggung Jawab Programmer Senior (Gaji Rp 6jt+Medical+Jamsostek):
    Memimpin satu atau lebih proyek atau produk pengembangan software.
    Bekerja dengan Manajer Produk untuk memastikan semua keperluan dan persyaratan pengembangan terpenuhi.
    Secara terus menerus melakukan penelitian dan evaluasi terhadap teknologi yang akan membawa perubahan di masa depan pada bidang software.
    Membuat keputusan terbaik dengan pendekatan teknik untuk kebutuhan pelanggan/bisnis dengan mempertimbangkan sisi performa, realibilitas dan skalabilitas.
    Tanggung Jawab Programmer Intermediate (Gaji Rp 4,5jt+Jamsostek+Medical):

    Mengembangkan produk perangkat lunak dengan 1 atau lebih programmer di dalam tim.
    Bisa membuat aplikasi dari scratch atau dari aplikasi yang sudah ada.
    Melakukan diagnosa pada koding dan memberikan bantuan teknis dibidang pemrograman pada tim pendukung pada saat aplikasi harus LIVE.
    Tanggung Jawab Programmer FreshGraduate (Gaji Rp 3jt+Jamsostek+Medical):

    Dengan modal penguasaan OOP, dapat belajar secara cepat dan mandiri mengenai teknologi yang dipakai oleh perusahaan.
    Terus menerus melakukan pembelajaran diri.
    Mengembangkan produk perangkat lunak dengan 1 atau lebih programmer di dalam tim.
    Bisa membuat aplikasi dari scratch atau dari aplikasi yang sudah ada.
    Persyaratan(HARUS):
    Berbakat dan Memiliki hasrat pada dunia pengembangan perangkat lunak
    Fast Learner & Self Starter
    Berpengalamn 3-4 tahun dalam pengkodean Java berskala enterprises (posisi senior programmer).
    Memahami framework J2EE (khususnya Struts 2), layar persistence (JPA/Hibernate), teknologi SOAP, webservice, GlassFish dan MAVEN.
    Bisa berbahasa Inggris minimal pasif.
    Nilai Tambah:

    Memahami teknologi cutting-edge seperti : JEE5, EJB3, Apache CXF, Service Mix dan Spring.
    Paham Oracle.

    Peserta yang berminat harap mengirimkan CV via email ke: andriyana.the.mefax@gmail.com sebelum tanggal 13 Maret. Peserta bersedia bekerja di Bogor!!!! atau kontak HP: Andriyana 0859 2052 1972 (saya alumni UI)

     
  • At 8:48 AM , Blogger Dhita Yudhistira said...

    Yah bagi yang berminat bisa menghubungi bapak Andriyana.

     
  • At 3:11 PM , Anonymous Anonymous said...

    Kenapa sih kalo UI no 1 ???
    That's a fact !!!!

    Tapi gw gak terlalu musuhan ma nak ITB,,,,

    Gw paling sebel ma UGM,,,

    Ngakunya terbaik,tapi ndeso,,,!!!

     
  • At 9:04 PM , Blogger amer frans said...

    Hmmm.... mau ikutan neh...
    pola pikir kalian kok ngambang...
    yang deterministik dong...
    kalian tuh boleh saja membanggakan sesuatu, jika sesuatu itu benar2 ada pada kalian dan benar2 kalian miliki...
    jangan mentang2 bernaung disuatu institusi,
    pola pikir orang cerdas kok seperti itu..
    lagian kepintaran itu bukanlah segala2nya, yang penting bisa memaksimalkan modal yang diberikan tuhan....
    so.. sadarlah dan berfikirlah yang bijak, ok bro....

     
  • At 10:07 PM , Blogger Dhita Yudhistira said...

    Mas Frans,

    Kayaknya yang Mas omongin bukan contoh pemikiran ngambang atau pun deterministik deh...

    Btw,
    Menurut saya wajar jika orang memiliki kebanggaan, bahkan seharusnya orang memiliki kebanggaan.

    Dalam kasus ini kebanggaan bukan hanya karena yang terbaik saja. Indonesia berantakan begini, kita tetap bangga. Tidak usah minder, tidak usah sok rendah hati (padahal rendah diri).

    Apalagi, kalau dalam kasus ini, saya masih bicara fakta. Kalau fakta itu tidak diakui, artinya ada yang dicoba untuk tidak dilihat. Tentunya itu karena kesombongan juga.

    Yang penting kebanggaan itu tidak menjadi kesombongan. Juga kebanggaan itu tidak hanya ditenteng dan dibawa-bawa ke mana-mana dibungkus buih ludah.

    Kebanggaan ini harus diikuti dengan semangat untuk pembuktian, bekerja sebaik-baiknya dan berkompetisi secara sehat.

    Kira-kira begitu Mas Frans.

    Terima kasih atas komentarnya.

     
  • At 10:07 AM , Blogger amer frans said...

    wah.. berarti anda gak ngerti dg apa yang saya maksud...
    mungkin ini karena beda pola fikir aja...
    begini...
    sebenarnya saya kurang setuju dengan 'konsep BANGGA',
    dan itu tidak ada kaitannya dengan 'rendah hati' atau bahkan dengan
    'rendah diri' (maaf.. agamaq melarang penganutnya rendah diri).
    'sombong' memang beda dengan 'bangga', tapi jika anda simak lebih cermat,
    bangga merupakan cikal-bakal timbulnya sombong.
    yang perlu ditekankan dalam diri (hati) sebaiknya rasa syukur qt pada TUHAN
    karena telah mampu berkarya atau mendayagunakan MODAL ( rupa wajah, kecerdasan, keturunan)
    yang diberi TUHAN, sehingga menjadi insan berprestasi,
    i2 yang lebih tepat menurut saya dari pada berbangga,
    adapun fenomena INDONESIA yang berantakan, bukannya qt tetep bangga
    TAPI mentafakuri i2 semua, introspeksi, cari solusi dan bekerja keras.


    kenapa saya bilang pola pikir ngambang dan tidak deterministik..
    dalam konsep saya, walaupun suatu ketika merasa bangga (Naturally),
    tapi yang jadi subjek, diri qt sendiri, bukan org lain, pihak lain, atau institusi,
    walaupun qt bernaung di institusi tsb, singkatnya -saya kutip dari comment sebelumnya-
    "boleh saja membanggakan sesuatu, jika sesuatu itu benar2 ada pada kalian ( melekat pada diri)
    dan benar2 kalian miliki"
    'gak deterministik' karena konsep bangga kalian tuh 'ngawang-ngawang'
    semisal : "saya kul di#####", "saya alumni ####"
    dengan berakar pada konsep tersebut, tidak ada yang namanya 'ikut2an',
    'bergantung ama anggapan orang lain', malah qt akan jadi individu yang berkualitas dan memiliki
    karakteristik unik dan mental pemenang bukan pecundang...
    ujung2nya, jika setiap individu rakyat indonesia, atau (jangan terlalu muluk2)
    sebagian besar seperti i2, insya ALLOH tujuan para pendahulu qt akan tercapai....
    mohon dicermati dengan bijak....
    terimakasih...

     
  • At 10:47 PM , Blogger Dhita Yudhistira said...

    Mas Frans,

    Bangga boleh jadi cikal bakal dari sombong. Justru di situ tantangannya, bisa bangga tanpa harus sombong.

    Tapi itu bakal jadi debat kusirlah, tidak ada dasar yang kuat mau pun tujuan yang bisa dicapai.

    Yang saya menarik sebetulnya dari kemarin pemakaian kata 'ngambang' dan 'deterministik'.

    Setahu saya jika kita bicara deterministik, kita bicara tentang pemikiran di mana segala sesuatu sudah 'diatur' (determined) sebelumnya. Bicara tentang ini lebih lari ke masalah takdir, free will, bahkan fatalisme.

    Jadi dalam kasus ini, tidak berhubungan dengan kasus 'tergantung penilaian orang lain', 'ikut-ikutan', 'saya kuliah di ITB karena itu saya mengawang', dan sebagainya.

    Ini topik-topik yang sudah lama sekali saya tinggalkan, terima kasih sudah mau mengajak diskusi.

    Mohon pencerahannya.

     
  • At 11:32 PM , Blogger amer frans said...

    yo wis la mas..........
    sy ngomong ke sini, anda ngomong k sana, intinya anda kurang mencermati kata2 sy.....
    peace...

    padahal yg baek i2, semakin pintar- semakin bijak....

    jangan kesinggung y mas.....
    ok.....

     
  • At 11:09 AM , Blogger Dhita Yudhistira said...

    Lho Mas, saya nggak kesinggung koq. Dari semua komentar tentang posting ini, semua orang sudah bilang saya narsis, sombong, bangga, apa pun lah. Kalau menurut saya sih saya biasa aja, Mas kan belum pernah ketemu saya.

    Orang Indonesia tidak bisa menerima fakta yang didukung data. Kalau saya bilang "ITB terbaik di Indonesia di sisi teknik", saya dibilang sombong. Padahal datanya begitu, ITB masuk 100 besar dunia ini, di atas RMIT Autralia. Saya bangga, saya menyebut fakta (data nanti bisa direfer), dan saya tidak sombong. Ini apa adanya. Kalau saya bilang,"Lulusan universitas lain pasti goblok.", nah itu baru nggak bener. Nyatanya banyak teman-teman saya dari IPB, UI, Juanda, yang lebih pintar dari saya. Itu fakta juga.

    Sekarang coba kita lihat Jepang, Perancis, Singapura. Kalau anda lulusan universitas 2nd class, bisa nggak jadi pegawai negeri? Itu bukan kesombongan Mas.

    Jadi buat saya bangga itu biasa aja dan bahkan perlu, kl Mas bilang jangan, ya itu perdebatannya tidak ingin saya teruskan karena itu masuk wilayah debat kusir.

    Sebetulnya kalau mau dibahas, penarikan Mas terlalu jauh. Apa iya orang yang bangga bahwa kuliah di ITB, UGM, UI, yang merasa bangga bahwa kampusnya terbaik (misalkan UI dengan kedokteran dan ekonominya) kemudian menjadi ikut-ikutan, bergantung dengan orang lain, pecundang, tidak berkualitas, dan sebagainya?

    Yang saya menarik kan Mas bilang, bahwa pikiran itu ngambang dan tidak deterministik. Pemikiran deterministik itu setahu saya, adalah pemikiran di mana kita beranggapan bahwa segala sesuatunya sudah ditakdirkan, ada maksud dan tujuannya. Manusia tidak memiliki free will untuk mencapai cita-citanya.

    Jadi pemakaian kata 'ngambang' dan 'deterministik' itu tidak pada tempatnya. Dan kalau saya boleh menuduh juga, pemakaian istilah keren seperti itu sebetulnya juga bentuk kesombongan.

    Maaf ya kalau saya ngomong blak-blakan, lg moodnya.

    Jangan kesinggung lho Mas.

     
  • At 1:58 AM , Anonymous Anonymous said...

    Untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater


    Menurut saya, kebanggaan ank ITB itu datang dari sengsaranya mereka di dalam kampus.

    kalau saya katakan, ank ITB itu busung dada, tegap berwibawa kalo masuk gerbang almamater SMA nya dulu, atau univ manapun di Indonesia.

    Tetapi suruh mereka masuk GErbang Ganesha, dijamin busung lapar, meringkuk, tiarap nutupin muka, ga nahan diliatin ma temen2nya yang pada dapet A.

    Yang dimainin teknik, jadi Urusannya dengan Itung2an supeeerrr rumit, kalau jurusan sosial, mgkin mereka agk ngeremehin krn hapaln.

    Hoi Mbak, ITB nyumbang 2 presiden buat indo! UI gak ada, UGM juga, IPB? pinter ngasih gelar s3 ke SBY sesaat sbelum jadi Presiden, UNpaD? hebat, mega DO pertaniannya lo,


    weiitszz.. ada yang ngeremehin bagmn itb mengolah modalnya niihh... pernah liat koran yang bunyinya
    "syarat minimal:
    IPK min 3 (khusus itb, min 2.75)

    [saya jadi kumat lagi narsisnya, pdhl udh mau tobat mmbanggakan itb]

     
  • At 11:59 AM , Anonymous Anonymous said...

    Hallo haha saya alumnus ITB, ada beberapa hal yg hendak saya tambahkan:

    1. Kebanggaan sebagai mahasiswa/alumni ITB itu muncul bukan karena kualitas pendidikannya (at least ini pengalaman saya setelah melanjutkan di univ2 top Eropa), tetapi lebih karena anak2 ITB umumnya pintar2 (passing grade terendah di ITB saja bisa sama dengan passing grade jurusan favorit di PTN2 top lainnya) sehingga kita yg biasa pun merasa ikut pintar dan ketularan pintar. Selain itu kebanggaan juga muncul dari banyaknya kisah2 alumni yg sukses. Bandingkan dgn mahasiswa UI, ITS, atau UGM yg banyak, di mana bisa bangga?

    2. Mahasiswa ITB yg sedikit tetapi plural dr segi etnik, budaya dan agama, membuat kuliah di ITB sangat menyenangkan, penuh romantisme, di tambah kampus yg indah, nyaman dan adem. Banyak aktivitas yg membuat kita kenal dgn mahasiswa jurusan lain seperti TPB Games, unit2, OSKM, dll...nonton di LFM walau tidak seenak di 21 memberikan bekas2 romantisme. Ini saya kira juga tidak ada di UI atau UGM...

    3. Kalau kualitas, saya bandingkan dgn di Eropa (saya tidak mau bandingkan dgn UI atau UGM karena saya tidak tahu bagaimana di sana), kualitas riset ITB masih kalah jauh, mungkin faktor dana riset, Utk ini ITB perlu bebenah.

    4. Terakhir, untuk anak2 UI atau UGM yg sok bangga2 dgn ranking, pesan saya: udah deh, passing grade ITB itu yg paling tinggi, tau gak artinya? Artinya kami dgn mudah bisa kuliah di tempat kalian tetapi kalian belum tentu bisa kuliah di ITB...peace...:)

     
  • At 2:02 PM , Anonymous Anonymous said...

    Untuk Tuhan, Bangsa & Almamater.

    Mau bilang apa juga, fakta berbicara:

    1. Input mahasiswa terbaik-> ITB.
    2. Dosen-dosen terbaik-> ITB.
    3. Alumni yang hebat-> ITB.

    mau gimana lagi..
    ITB tetap terbaik.

     
  • At 2:11 PM , Anonymous Anonymous said...

    Saya Adji Alumni FEUI, saya kira sama saja yang penting bisa diterima di dunia kerja atau tidak, ITB,UI,UGM punya kelebihan dan kekurangan

     
  • At 8:43 PM , Anonymous Anonymous said...

    Saya dari ITS,

    Bagi kami yang dari timur, ITB,UI, dan UGM. sangatlah menyilaukan disini, pamornya begitu kuat hingga kadang membuat down kami, Namun tak semudah itu kami menyerah untuk menyusul kalian. ITS adalah kampus termuda diatara kalian, jadi dari segi jumlah lulusan kalianlah yang terbnyak daripada kami.... trus nambah lagi lulusan kalian yang jadi petinggi dimana2, membuat kalian sangat mudah berkarir dimana2. Bandingkan dengan kami yang benar2 mulai dari nol. Disaat awal pembangunan, disaat gedung kalian sudah beton kami masih menggunakan kayu dan seng sebagai struktur bangunan. Namun semangat kami tidak se ringkih bangunan2 itu. Lihat ITS sekarang sudah bisa bersaing dengan kalian. kami slalu berusaha mengungguli kalian kalau kami bertemu kalian di setiap kompetisi. Oke dosen kalian unggul2, tapi lihat semangat mahasiswa disini. Sayang sekali banyak perusahaan masih mengandalkan almamater sbgai acuan. Supremasi KRI dan Shell Eco, sudah ada ditangan kami, kami berharap kalian dapat benar2 bisa unggul di kompetisi ini, karena memang kalian lah lawan yang benar2 kami harapkan. karena katanya kalian TOP teratas sehingga kami semangat untuk mengalahkan kalian. Kami disini adalah mahasiswa yang dididik untuk menjadi kreatif, bukan dididik untuk mengandalkan almamater.

     
  • At 10:58 AM , Blogger Dhita Yudhistira said...

    Haiyyaa.. dendam sekali ya. :D

    Sebetulnya saya akan lebih menghargai komentar seperti ini kalau ada nama pengirimnya.

    Pertama-tama saya harus bilang, saya punya banyak teman dan rekan kerja dari ITS. Salah satu adik kelas saya juga mengajar di ITS. Saya harus ceritakan, bahwa di ITB kita tidak punya budaya menjelek-jelekkan kampus lain. Kalau anda ikut milis ITB, isinya adalah alumni ITB saling mengkritik keras sambil menunjuk universitas lain sebagai sampel. Intinya, untuk kita menjadi baik tidak perlu yang lain menjadi jelek.

    Kedua, sebagai seorang engineer (karena lulusan ITS) tentu anda mengerti bahwa tidak ada sistem yang bisa bagus di semua hal. Demikian juga dengan universitas. Tidak mungkin ITB, UI, ITS, UGM, bagus di semua bidang. Karena itu, tentu saja ITB dan kampus lainnya harus saling melengkapi. Misalkan, ITB mengapresiasi ITS yang terbaik di Perkapalan. Demikian juga ITB yang terbaik di Penerbangan. Ya wong masing-masing nggak punya jurusan itu.

    Ketiga, ITB selalu dituduh mengandalkan almamater sementara kampus lain tidak. Dari pernyataan ini saya menebak anda masih mahasiswa atau baru lulus. Setelah 10 tahun bekerja dan mencoba menghayati dengan jujur, anda akan menyimpulkan hal yang berbeda atau malah kebalikannya.

    Keempat, masalah lomba-lomba. Adalah betul ITS menang terus KRI. Lha terus yang menang KRCI-nya siapa? Seakan-akan ITB nggak pernah menang. Ini kembali ke poin kedua tadi. Ngomong-ngomong ya, sebetulnya yang menang KRI itu poltek ITS setahu saya, bukan ITS. Artinya di KRI itu ITS (S1) juga kalah bareng-bareng ITB. Puas? Puas? :D

    Kalau mau ditilik lebih jujur, ini kan permainan berita saja. KRI yang menang ITS terus, ITB dan kampus lain kesannya nggak. Padahal ITB, Unikom, juga ada di situ. Eco shell juga diberitakan ITS yang menang. Padahal ITB juga menang di kategori yang berbeda. Silakan check sendiri web resmi penyelenggara: http://www.shell.com/home/content/ecomarathon/events/asia/highlights/day_four/wrap_up/

    Kalau saya mau jelek-jelekin ITS, bisa aja saya bilang ITS nggak punya internet sampai pengumuman gitu aja nggak dibaca. Tapi sekali lagi, saya punya banyak rekan ITS yang bagus-bagus jadi saya kira ini mutu anda secara individual saja.

    Bicara masalah ranking universitas, yang dipakai di sini adalah ranking berdasarkan publikasi ilmiah dsb. Di situlah seharusnya universitas bermain, dan ini memang yang paling umum untuk menilai universitas (sebagai catatan, webometric saja menurut saya tidak sahih).

    Sekarang ini perlu kita cermati bahwa memang universitas lain semakin mendekati universitas top. Tetapi selain karena peningkatan universitas lain, itu juga terjadi karena menurunnya mutu universitas top. Dengan kata lain, kita ini sedang bersama-sama terjun ke jurang yang lebih dalam. Untuk itu seharusnya kita prihatin. Tidak perlu ada dendam.

    Saya mengapresiasi sekali semangat rekan-rekan ITS di sana, hal ini akan menjadi modal yang sangat besar bagi Indonesia di masa mendatang.

     

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home