Lawang Sewu
Salah satu ikon Semarang lainnya adalah Lawang Sewu.
Berdiri di tempat yang sangat strategis, terkepung bangunan-bangunan penting, seolah tidak ada yang memperhatikan Lawang Sewu sementara di sisi lain tidak seorang pun yang menafikan keindahannya. Lawang Sewu artinya pintu seribu. Apakah ini nama asli dari bangunan, saya tidak tahu.
Dibangun tahun 1908 oleh arsitek Belanda Profesor Klinkkkaner dan Queendag, pada tahun 1920 Lawang Sewu menjadi kantor perusahaan kereta api Nederlandsch Indische Spoor-weg Maatschapij (NIS). Pertempuran 5 hari yang terkenal berlangsung di sekitar gedung ini (dokter yang meninggal saat memeriksa isu diracunnya sumber air oleh Jepang yang memicu pertempuran itu diabadikan sebagai RS. Karyadi).
Dalam 2 kunjungan saya ke Semarang 2 tahun ini, saya beruntung bahwa di Lawang Sewu sedang diadakan pameran, sehingga saya bisa melihat-lihat ke dalamnya.
Di tahun 2005 dulu, Lawang Sewu belum banyak dipakai pameran. Baru lantai 1 yang dipergunakan dengan pesan,"Awas, jangan melamun. Jangan lupa berdoa" ditempel di mana-mana. Pameran berlangsung asyik-asyik mencekam.
Tahun ini, tampaknya suasana sudah lebih mencair. Lantai 2 sudah dipakai, dan para penunggu stan menginap di sana tanpa ragu-ragu (saya masih belum mengerti di mana kamar mandi bangunan ini).
Bahkan dalam usianya yang sudah 100 tahun, Lawang Sewu seolah mengatakan bahwa dia bisa berdiri 100 tahun lagi. Yang dibutuhkan hanya renovasi kosmetik. Saya kira, kalau dijadikan hotel Lawang Sewu bisa bersaing dengan hotel Raffles Singapura. Tentu saja ada masalah sedikit dengan fitur 'uka-uka' dari gedung ini, tapi dengan sedikit daya tarik hal tersebut mungkin malah menambah daya jual.
Saya, dan banyak orang lainnya, berharap pemerintah menaruh perhatian terhadap bangunan ini dan banyak bangunan tua indah lainnya di kota Semarang.
2 Comments:
At 12:15 PM , Anonymous said...
Koq jadi rajin nulis sih? Dulu katanya nggak ngerti "ngapain sih orang nge-blog?".
At 12:20 PM , Dhita Yudhistira said...
Dasar Mexico provokator... :D
Ya sekarang gua sudah ngerti, gitu aja. Hehehe. Mayanlah, latihan nulis, nempel foto-foto, secara waktu sekolah dulu gua nggak pernah ikut mading gitu.
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home