Beberapa waktu terakhir, di kalangan pengamat militer, ada sebuah isu menarik tentang rencana pembelian MBT (Main Battle Tank) oleh TNI, khususnya TNI angkatan darat. Tanggapannya tentu terbagi atas 2 kelompok besar: yang pro dan yang kontra. Saya sendiri cenderung pro. Kalaulah saya tidak terlalu setuju dengan rencana tersebut, sebagian besar adalah faktor biaya. Dalam tulisan ini saya hanya ingin menggambarkan beberapa hal.
Kita lihat dulu yang dimaksud dengan main battle tank. Main battle tank adalah tank utama, yang memiliki karakteristik umum yaitu berat di atas 40 ton. Berat MBT umumnya adalah 40-60 ton. Kalau kita berbicara light tank, seperti yang dipakai Indonesia sampai sekarang, beratnya adalah sekitar 15-20 ton. Berbicara engineering, tentu ada konsekuensi yang datang bersama dengan berat MBT.
Konsekuensi pertama, dengan batasan berat tersebut, maka MBT bisa menggunakan baja yang lebih tebal. Berbicara baja tentu saja berbicara juga masalah ketahanan terhadap gempuran. Selain bajanya sendiri, maka dengan batasan berat tersebut, penambahan add-on armor dengan berat beberapa kwintal sampai beberapa ton akan dapat ditanggung oleh MBT tersebut. Secara umum, MBT (modern) adalah sebuah titik dengan perlindungan paling kuat dalam medan pertempuran darat. Tidak mudah untuk melumpuhkan sebuah MBT. Salah satu yang tercatat,
dalam sebuah pertempuran MBT Challenger milik Inggris dihajar 14 RPG dan 1 rudal Milan. Crewnya selamat dan tanknya bisa diperbaiki dengan cepat.
Konsekuensi kedua, dengan batasan berat tersebut, maka MBT bisa membawa senjata (gun) yang lebih besar. Senjata terbesar yang dibawa oleh MBT saat ini adalah 125mm, dengan kisaran umum adalah 105mm-120mm. Sebuah peluru kaliber 12,7mm masih bisa menembus baja 2,5cm dari jarak tertentu. Jadi silakan bayangkan efek dari kaliber 120mm. Selain kalibernya, senjata tank juga dibagi berdasarkan pressurenya. Semakin tinggi pressure, semakin tinggi kecepatan awal dari peluru yang artinya semakin besar pula daya hantam peluru. Tingginya pressure artinya juga akan membawa momentum yang besar, yang harus diserap oleh tank. Jika sebuah high pressure gun dengan kaliber 120mm dipasang dengan tidak benar maka kendaraan yang membawanya bisa terlempar atau terbalik pada saat menembak.
Memang terdapat beberapa kendaraan ringan yang diberi meriam kaliber 105mm atau 120mm. Tapi kalau pun betul menggunakan high pressure gun (dan bukannya medium), kendaraan-kendaraan ini harus berhenti kalau menembak. Sebuah MBT bisa menembak sambil berjalan dengan kecepatan tinggi. Beberapa bahkan bisa menembak sambil 'loncat'.
Karena itu, di medan pertempuran darat, sebuah MBT juga merupakan arsenal dengan firepower terkuat. Artinya, kalau dalam sebuah pertempuran MBT tidak segera 'dihabisi', maka akan banyak kerusakan yang bisa ditimbulkan oleh MBT ini. Masalahnya adalah, kembali ke atas tadi, melumpuhkan MBT ini tidak mudah.
Sebuah MBT modern, tidak bisa dihancurkan dengan senjata yang dibawa oleh light tank. Apalagi kalau light tanknya yang tua. Sebuah ligt tank bisa menembaki sebuah MBT sampai berkali-kali tanpa menembus armor MBT tersebut.Sementara 1 tembakan dari MBT hampir pasti merontokkan sebuah light tank. Celakanya, 1 buah MBT modern bisa menembak 6x per menit, atau 10 detik sekali....
Sebagai tambahan dari itu semua, dikarenakan mahalnya harga MBT dan dikarenakan besarnya peran MBT di medan pertempuran darat, maka biasanya sebuah MBT dilengkapi Fire Control System paling canggih. Artinya, sebuah MBT bisa menembak lebih jauh, lebih cepat (cepat deteksi, cepat memutuskan, cepat menembak), dan lebih akurat.
Memang ada yang mengatakan, MBT dengan harga yang mahal bisa dikalahkan oleh RPG yang harganya murah. Betul. Tapi masalahnya tidak segampang itu. Anda bayangkan saja kalau disuruh mencegat sebuah tank sambil membawa RPG (o ya, MBT juga dilengkapi dengan senjata 12,7 dan 7,62 untuk menembaki orang yang lari-lari). Juga tidak semua sisi dari MBT bisa ditembus RPG. Dalam kasus Cechnya misalkan, pejuang Cechnya tahu kelemahan MBT Russia pada saat itu adalah dari atas. Sehingga mereka naik ke gedung-gedung untuk menembakkan RPG. Kalau perangnya di padang rumput?
Ada juga yang mengatakan, MBT bisa dihajar dengan rudal. Perlu diketahui bahwa rudal memiliki kecepatan di bawah peluru meriam. Dengan demikian, baik di darat mau pun laut, sebuah rudal biasanya memiliki kemungkinan di-intercept. Misalkan dengan cara ditembaki sebelum sampai. MBT modern sudah memiliki fitur seperti ini. Di sini tentu kita tidak membahas apakah MBT yang rencananya akan dibeli Indonesia memiliki fitur itu. Ini hanya membahas konsepnya saja.
Karena hal-hal di ataslah, maka kemudian muncul pernyataan,"Lawannya tank ya tank". Sebetulnya lebih tepatnya adalah,"Lawannya MBT adalah MBT". Kira-kira begitu. Atau kalau mau, dengan pesawat udara. Kalau mau menghentikan MBT lewat 'jalur darat' tanpa punya MBT juga, bisa. Tapi korbannya pasti banyak sekali.
Sekali lagi bayangkan, anda ditembaki sebuah MBT dengan meriam 105mm yang berjalan dengan kecepatan 40km/jam. Meriamnya fully stabilized sehingga tetap akurat dan menembak 10 detik sekali. Begitulah MBT modern.
Untuk masalah payung udara, kita sudah tahu lah bahwa perbandingan pesawat tempur kita dengan negara tetangga so-so. Maksud saya di sini, besar sekali kemungkinannya kalau pecah perang dengan negara tetangga Malaysia, perangnya tanpa perlindungan udara. Nah, semua negara tetangga sudah punya MBT: Singapura, Malaysia, Thailand. Yang menarik, MBT Malaysia ditempatkan di Kalimantan (tolong koreksi kalau saya salah). Coba dipikir-pikir, kalau Malaysia taruh MBT di Kalimantan, ke mana kira-kira arahnya? Brunei?
Isu yang berkembang sebetulnya, MBT yang mau dibeli Indonesia juga bakal ditempatkan di Kalimantan. Walau kemudian santer isu bahwa akan ditempatkan di Jakarta, Malang, dan kota di Jawa lainnya. Saya tidak terlalu yakin, karena sulit menggerakkan MBT di kota-kota Indonesia. Pasti merusak infrastruktur. Yang pasti, TNI pasti punya rencana. Saya juga tidak yakin bahwa MBT ini akan dipakai untuk menghadapi demonstran dan sebagainya. Untuk menghadapi demonstran jelas MBT tidak efektif. Pemakaian light tank atau panser seperti Anoa jelas lebih pas.
Beberapa orang juga mengatakan MBT tidak cocok dengan kondisi tanah di Indonesia. Saya tidak mau membahas hal ini. Hitungannya sebetulnya sudah jelas. Dan faktanya negara-negara tetangga yang kondisi tanahnya mirip sudah beli.
Mengenai Leopard 2 sendiri. Menurut saya Leopard 2 adalah salah satu tank terbaik di dunia. Kalau bicara engineering design, Leopard 2 optimal. Maksudnya begini, mungkin saja M1-Abrams performanya lebih baik. Tapi harganya jauuuh di atas, dan mesinnya jauuuh lebih boros. Performanya lebih baik sedikit, not worth it.
Tentang pembelian bekas. Perlu dicatat bahwa sebetulnya Leopard 2 milik Jerman dan Belanda tadinya masih dipakai. Karena kebijakan penciutan militer, maka Leopard ini dipensiunkan. Ingat, militer Belanda atau Jerman tidak akan menggunakan MBT yang kondisinya tidak mendekati 100%. Jadi inilah yang mau kita beli. Singapura pun waktu beli Leopard 2 dari Jerman, dalam kondisi begini.
Jadi begini. Kita ini sering berpikiran bahwa untuk dapat yang paling canggih itu, harus baru. Kalau ada namanya retrofit/upgrade, dianggap main-main. Sebetulnya tidak begitu. Kalau kita lihat, militer NATO tiap sekitar 10 tahun sekali pasti mengadakan yang namanya upgrade. Entah itu kapal, pesawat, atau tank. Itu dikarenakan teknologi elektronik berkembang sangat cepat (dan juga produk elektronik paling pendek umurnya), sedangkan teknologi material-mekanikal lebih lambat. Artinya kalau pun kita beli tank tahun 80an dan melakukan upgrade dengan baik (armor, elektronik), bisa saja dipakai bertanding dengan tank terbaru. Ini hanya masalah pilihan paket dan seberapa cermat kita memilih.
Masalah terakhir masalah harga. Setahu saya harga MBT itu sekitar 3-4jt usd per unit. Kalau dibandingkan harga sebuah Sukhoi adalah sekitar 30-40jut usd per unit. Tinggal dihitung-hitung saja efektivitasnya. Tapi ya, masa kavaleri kita kalau latihan bersama dengan negara-negara tetangga, pakai light tank. Apalagi yang tua. Kan kasihan.
Demikian kira-kira komentar saya. Kalau ada yang salah, saya mohon maaf.