Blog Dhita Yudhistira

Apakah Blog kata resmi dalam Bahasa Indonesia?

Monday, April 08, 2013

Profesi di Dunia

Saya melihat profesi polisi sebagai sebuah profesi yang sangat mulia. Setiap tindakannya bersentuhan langsung dengan masyarakat. Menyeberangkan orang di jalan, mengatur lalu lintas, menangkap pencuri. Seorang polisi yang baik, pasti akan didoakan oleh orang banyak setiap harinya. Kita semua menjadi saksi untuk itu. Dan doanya bukan sembarang doa, tapi doa orang yang teraniaya.

Begitu juga dengan hakim, dokter, bidan, dan banyak profesi lainnya. Profesi yang kita sebut saja sebagai profesi bonus langsung. Sebagai perbandingan, kita ambil satu contoh profesi bonus tak langsung: engineer. Seberapa baik pun engineer berbuat, sulit untuk kita menghitung berapa besar pahalanya. Misalkan jika 400 orang terbantu karena bisa terbang dengan memakai sebuah jumbo jet, maka yang berkontribusi bukan si engineer itu sendiri. Ada rekan timnya. Ada pilot. Ada orang yang membersihkan landasan, dsb.

Satu yang jelas. Lima puluh juta orang terbang dari atau ke Soekarno Hatta saja tiap tahunnya. Saya kira lebih dari 1/2 nya akan berdoa,"Ya Tuhan, semoga perjalanan ini berjalan lancar dan kami semua selamat sampai tujuan." Tapi saya berani pastikan, tidak sampai 10 ribu orang yang berdoa setelah sampai,"Ya Tuhan, terima kasih perjalanan ini sudah selesai dengan lancar. Berkahilah insinyur yang merancang pesawat ini."

Demikianlah perbedaan kedua golongan profesi bonus langsung dan bonus tidak langsung.

Agama Islam sendiri, menegaskan jaminan surga bagi hakim yang adil dan neraka bagi yang tidak adil. Dalam dunia modern sekarang, keadilan tidak ditegakkan oleh hakim seorang diri. Di Indonesia, keadilan melibatkan polisi dan jaksa (juga KPK).

Karena itu, saya kira, polisi dan jaksa juga terserempet oleh jaminan tersebut. Karena itu sampai sekarang saya heran. Kenapa masih banyak polisi, hakim dan jaksa yang mengaku beragama Islam tapi masih main-main dengan profesinya. Juga masih ada dokter yang mematok tarif berlebih dan/atau tidak bertanggung jawab. Masih ngaku beragama pula.