Blog Dhita Yudhistira

Apakah Blog kata resmi dalam Bahasa Indonesia?

Friday, May 30, 2008

Duh, Lirik dari Mana sih?

Saya sering takjub bagai mana para pencipta lagu bisa mendapatkan inspirasi lirik. Yang sering saya hayati: perumpamaan yang indah.

Coba misalkan lagu Everything dari Buble:

You're the get away car
You're the line in the sand, when I go too far

Dalam bayangan saya, get away car itu kan mobil kabur. Misalkan ketika merampok bank. Jadi mobil yang membawa kita keluar dari kesulitan. Waktu sedang susah, sedang terhimpit, sedang bingung, sedang bete, kekasih kita datang. Dialah get away car.

The line in the sand, garis di pasir. Batas yang kita nggak lewatin. Jadi nggak kebangetan. Waktu mau mabuk-mabukan, ingat kekasih jadi batal. Mau korupsi, batal. Mau gantung diri, batal.

Perumpamaannya itu lho. You're a carousell, a wishing well. Carousell di sini bukan hanya menggambarkan komidi putar, tapi membawa kita secara psikologis membayangkan perasaan menjadi anak-anak. Seperti anak-anak yang ketemu carousell. Can you remember the fun?

Lagu Usher, 'Separated', lebih hebat lagi. Kalau ingat lagu ini, saya selalu ingat Rahmat (Basuki). Di mobilnya saya pertama dengar, karena dia putar berulang-ulang entah mengapa. Mungkin sekedar menikmati lagunya, atau mungkin... ada alasan lainnya.

If love was a bird, then we wouldn't have wings,
If love was a sky, we'd be blue,
If love was a choir, you and I could never sing,
Cuz love isn't for me and you
If love was an oscar, you and I could never win,
Cuz we could never act out our parts
If love is the bible, then we are lost in sin,
Cuz it's not in our hearts

Damn, he's good. I reall am out of word. Where the hell he got that from?

Separated (Usher)

If love was a bird, then we wouldn't have wings,
If love was a sky, we'd be blue,
If love was a choir, you and I could never sing,
Cuz love isn't for me and you
If love was an oscar, you and I could never win,
Cuz we could never act out our parts
If love is the bible, then we are lost in sin,
Cuz it's not in our hearts

So why don't you go your way
And I'll go mine
Live your life
And I'll live mine
Baby you'll do well
And I'll be fine
Cuz we're better off...seperated

If love was a fire, then we have lost the spark,
Love never felt so cold
If love was the light, then we're lost in the dark,
Left with no one to hold
If love was a sport, we're not on the same team,
You and i are destined to lose
If love was an ocean, then we are just a stream,
Cuz love isn't for me and you

Why don't you go your way
And I'll go mine
Live your life
And I'll live mine
Baby you'll do well
And I'll be fine
Cuz we're better off...seperated

Girl I know we had some good times,
It's sad but now, we gotta say goodbye,
Girl you know I love you, I can't deny,
You can't say we didn't try to make it work for you and I,
I know it hurts, so much but it's best for us,
Somewhere along this windy road you know we lost the trust,
So I'll walk away, so you don't have to see me cry,
It's killing me, so, why don't you go

Why don't you go your way (ohhh)
And I'll go mine (baby)
Live your life (ooo)
And I'll live mine (I'll live mine)
Baby you'll do well (I'll be fine)
And I'll be fine
Cuz we're better off, so much better off

Go your way (Go your way)
And I'll go mine (I'll go mine)
Live your life (Your life)
I'll live mine
You'll do well (ohh hoo)
And I'll be fine

Cuz we're better off, soooo much beeeeetter off
So much better off...
Seperated

I'm sorry we didn't make it

Sedikit Pemikiran tentang Pendidikan

Walau saya membela habis-habisan UN (Ujian Negara), terdapat beberapa kritik dan saran dari saya terhadap UN ini.

Pertama-tama, pendidikan harus mencerdaskan. Buat saya, mencerdaskan artinya mereka bisa membaca, bisa berhitung (cukup untuk sehari-hari), dan mempunya kebiasaan yang membantu mereka untuk lebih baik dari kemarin (misalkan, kegemaran membaca).

Di sinilah peran dari SD. Di SD yang penting adalah baca tulis dan hitung. Mungkin juga bahasa (Indonesia dan Inggris). Agama, PMP, IPA, dsb., cukuplah diajarkan dengan wajib baca buku sesuai dengan tingkatannya. Pemerintah harus mampu menyediakan buku sesuai dengan umur anak didik yang menyampaikan pesan-pesan moral secara rapi. Melalui wajib baca itu juga, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris diajarkan.

Jadi SD cukup tes membaca dan berhitung, untuk terus ke SMP.

Seorang teman guru saya bilang, kalau kita mau mengubah karakter anak, SMP dan SMA adalah masa yang tepat. Di sini siswa mulai belajar matematika yang aneh-aneh (akar tiga sebetulnya termasuk aneh karena tidak dibutuhkan sehari-hari). Demikian juga SMA. Yang penting sebetulnya, saya kira, kewajiban membaca buku. Jadi misalkan, ketika anda bertemu lulusan SMP, anda tahu bahwa paling tidak (misalkan) dia pernah membaca Siti Nurbaya, Salah Asuhan, dan Layar Terkembang.

Bagai mana kalau selewat SMP, nilai matematika, fisikanya tidak bagus? Artinya silakan masuk ke SMK (STM). Di Jerman, ada perbedaan di antara SMA untuk mereka yang ingin masuk ke universitas dan yang tidak. Perlu diingat, bahwa SMA memang jalur untuk ke universitas, dan universitas memang bukan buat semua orang. Dalam pengamatan saya, rekan-rekan saya yang masuk ke non-teknik ketika kuliah, umumnya mendapat nilai ujian yang kurang baik untuk matematika dkk. ketika SMA, tapi baik ketika SMP. Artinya mata kuliah ‘berat’ selevel SMP tidak serta merta mengeluarkan mereka yang nantinya akan pergi keuniversitas.

Untuk yang SMK/STM,seperti yang sekarang ini. Bung Hatta di tahun 50-an sudah mengingatkan bahwa Indonesia seharusnya membangun lebih banyak STM dari pada SMA.

Perlu ditekankan di sini bahwa saya tidak mengatakan bahwa lulusan universitas lebih hebat dari pada non-universitas. Setiap bagian memiliki fungsi pentingnya dalam masyarakat. Juga saya tidak merujuk bahwa mahasiswa teknik lebih pintar dari non-teknik dalam pernyataan di atas. Pokok tentang nilai matematika SMP saya utarakan karena kecenderungan bahwa yang sering kali menjadi masalah di UN selama ini adalah matematika dkk.

Nah kemudian untuk lulusan SMA, silakan mengambil UN. Saya kira UN tidak perlu wajib. Tapi boleh diambil sesuai keperluan. Misalkan mau masuk ke teknik elektro, silakan ambil UN untuk Fisika, Matematika, dan bahasa Inggris. Untuk kedokteran, UN biologi dst. Kalau nilai UN belum cukup, silakan ikut lagi tahun depan. Kalau sudah cukup padahal masih kelas 2, ya boleh saja.

Jadi pendidikan bisa mendorong mereka yang harus didorong, dan memberikan kesempatan pada mereka yang tertinggal.

Sedikit saya ceritakan bahwa saya bertemu dengan teman lama saya, seorang aktivis. Dia bilang,”Sekarang gua yakin, yang penting adalah EQ, bukan IQ”

Buat saya ini adalah pernyataan gegabah. EQ harus diimbangi IQ, dan demikian juga sebaliknya. Mereka yang ber-IQ tinggi tapi EQ rendah, dalam penelitian sering kali kurang berhasil. Bagai mana dengan EQ yang tinggi dan IQ yang rendah?

Bayangkan anda berada di tempat yang tinggi karena EQ anda mengantarkan anda. Tapi anda tidak mengerti apa yang harus dikerjakan. Anda bergantung pada orang yang membisiki anda. Tanpa kemampuan teknis, anda akan menyusahkan diri sendiri, atau bahkan orang lain seperti politisi kita.

Jadi keduanya penting.

Sekian kira-kira, pemikiran saya tentang pendidikan di Indonesia.

Ujian Nasional (seharusnya) Tetap Ada

Maaf jika ini terlalu keras. Menurut saya, logika yang diajukan dalam menolak Ujian Nasional (UN) justru menunjukkan bobroknya pendidikan kita yang selama ini tanpa UN. Sebelum saya lanjutkan, tentu ada pertanyaan, apakah dengan UN akan berubah? Jawabannya: belum pasti. Tapi ada satu yang pasti: kalau kita bertahan dengan sistem orba (tanpa UN), hasilnya jelas bobrok dan akan bertambah bobrok.

Di posting sebelumnya saya bercerita tentang teman saya. Saya masih ingat namanya, dan saya masih ingat di mana dia duduk waktu EBTANAS SMP, di SMP Negeri 2 Cepu (Jawa Tengah). Dia duduk di barisan terdepan (yang jelas meluluhlantakkan rencananya untuk mencontek). Jadi ketika soal datang, dia tidak membukanya. Melihat ke depan, mengangkat tangan dan menjatuhkan ke lembar jawaban yang ada di meja. Kalau jarinya jatuh di pilihan A, maka dia pilih A. Jika dia jatuhkan di B, dia akan pilih B. dst.

Aneh? Ada yang lebih aneh, dia masih mendapat nilai. Sebetulnya ini tidak terlalu aneh, karena secara probabilitas, dia pasti akan mendapatkan nilai. Jadi ada satu hal yang paling aneh. Bahwa dia lulus? Tidak. Yang paling aneh adalah, bahwa tidak satu orang pun yang heran bahwa akhirnya dia lulus.

Lulus sekolah pada masa itu begitu mudahnya sehingga orang justru menjadi heran ketika ada yang tidak lulus. Anda boleh bolos ujian sambil tutup mata (teman saya di SMP), anda boleh tidak hadir lebih dari 60% (teman saya SMA), dan anda tetap lulus.

Di posting yang lain saya pernah bercerita, seorang mahasiswa (teknik) saya di Bandung tidak bisa menghitung bunga bank yang didapatkan jika menabung 3 tahun dengan rate 6%. Dan dia lulus SMA, masuk kuliah di jurusan teknik.

Apakah ini baik? Saya yakin tidak.Dan pemerintah saat ini sependapat dengan saya. Maka diadakanlah UN. Kemudian datanglah orang yang menentang UN, yang saya sebutkan di atas.

Pertama mereka datang dengan fakta bahwa murid-murid pintar di sekolah justru tidak lulus. Fakta dari mereka. Anda bisa memeriksa sendiri di sekolah-sekolah favorit: SMA 3 Bandung, 5 Bandung, Aloysius Bandung, 5 Surabaya, 1 Bogor, 8 Jakarta, 70 Jakarta, dst. Bagai mana tingkat kelulusan di sana? Jawabannya: baik. Hampir 100% atau 100% lulus. Jadi murid yang tidak lulus, memang bukan dari sekolah unggulan. Dan kalau ada murid pintar yang memang tidak lulus, kita kembali ke hukum alam yang memang sering terjadi pada orang baik: shit happens.

Bisa saja mereka sakit, bisa saja pensilnya palsu. Untuk itu, pemerintah memberikan UN susulan.

Kemudian para penentang UN datang lagi dengan alasan, UN menentang hak untuk mendapatkan pendidikan. Maksudnya, kalau anda ikut UN SMA dan tidak lulus, maka hak anda mendapat pendidikan (lanjut) menjadi hilang. Hak anda dirampas oleh negara.

Ini logika yang sangat ngawur. Kalau saya tes akabri dan tidak lulus, apakah hak saya dirampas? Jadi kalau begitu saya bisa menuntut pemerintah karena hak saya dirampas waktu tidak lulus tes CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil), misalkan?

Masalah hak asasi pendidikan ini memuakkan saya. Kalau anda lihat di TK-TK, anak TK sekarang diajari membaca karena ketika masuk SD mereka diuji membaca. Bahkan berhitung. Karena SD malas mengajari mereka. Hal ini, secara aklamasi diakui dunia pendidikan dan psikologi tidak baik bagi anak. TK tidak seharusnya mengajarkan membaca.

Dan tidak ada yang protes.

Kemudian, yang ketiga, penentang UN mengatakan, bahwa UN yang hanya 3 hari menafikan proses selama 3 tahun. Kalau anda ikut UN, dan tidak bisa mendapatkan nilai 4 (batas UN tahun lalu), proses apa sih sebetulnya yang ada di sekolah selama 3 tahun? Nol besar. Kalau selama 3 tahun benar-benar belajar, 3 hari itu tidak akan menjadi seperti itu.

Berikutnya, yang menarik, dikatakan bahwa UN hanya mengukur kemampuan matematika dan bahasa Inggris, tapi tidak mengukur akhlak dan tingkah laku, atau hal-hal lainnya.

Nah, mereka lupa. Bahwa kalau tidak ada UN, artinya justru tidak mengukur apa-apa. Garbage in, garbage out. Tukang tawuran, tukang minum, tukang ngobat, toh lulus juga. Kalau memang mereka merasa mampu mengukur akhlak, silakan saja dibikin ujiannya.

Akhirnya, pengadilan memutuskan untuk membatalkan UN. Alasannya, pendidikan belum merata. Ini agak aneh juga. Kalau tidak ada UN dan terlihat bahwa sekolah-sekolah di daerah banyak yang gagal, dari mana kita tahu kalau pendidikan tidak merata? Justru itulah salah satu tujuan UN.

Dengan menyesal saya mengikuti keputusan pengadilan itu. Kita lihat apakah tahun depan UN masih ada.

Thursday, May 29, 2008

The Game We're Playing

Orang yang mengenal saya dengan baik pasti tahu saya pencinta game. Lebih tepat lagi mungkin game dengan tema strategi. Dan kalau hobi kita sama, saya boleh usulkan 1 game yang sebetulnya tidak terlalu populer: Europa Universalis 2.

Apa yang membuat game ini menarik buat saya? Dalam game ini kita diminta mengatur negara. Dan masing-masing negara punya indikator ekonomi maupun politik. Anda dapat mengarahkan apakah ekonomi anda cenderung terpusat atau bebas. Dengan konsekuensi masing-masing. Dalam jangka panjang (permainan berlangsung sekitar 200 tahun), negara anda akan menemukan wujudnya.

Yang menarik, pengaturan tentang arah yang akan dituju oleh negara yang kita pimpin merupakan hasil dari keputusan yang kita buat sehari-hari. Misalkan, sebagai Ratu Inggris anda ditanya apakah anda akan membantu Prusia dalam perang melawan Rusia. Jika ya, maka negara kita akan menjadi semakin intevensionis. Atau ketika orang-orang Protestan lari ke Inggris (setelah dikejar-kejar di Eropa daratan), apakah anda mau member perlingungan atau tidak.

Bagi saya, konsep yang diajukan oleh game ini mencerimkan kondisi nyata. Negara yang sedang kita tinggali saat ini, Indonesia, berubah wujud dari waktu ke waktu berdasarkan bagai mana rakyatnya bertindak terhadap kejadian sehari-hari. Contoh?

Ujian Nasional. Selama belasan tahun saya sekolah saya tahu bahwa saya pasti lulus. Karena memang segampang itulah lulus sekolah di Indonesia. Seorang teman saya di SMP bahkan tidak membuka soal ketika mengerjakan ujian akhir (EBTANAS). Dia melihat ke langit, mengangkat tangan ke atas, dan menjatuhkannya ke lembar jawaban pilihan ganda. Jika tangannya jatuh di A, itulah yang dia pilih. Dan dia lulus.

Tahun-tahun terakhir ini, negara mengadakan ujian nasional yang menentukan kelulusan. Untuk pertama kalinya saya melihat siswa SMA belajar mati-matian, terbawa mimpi takut tidak lulus. Banyak yang stress dan gantung diri. Apakah ini baik? Apakah ini buruk? Saya tahu dalam hati anda punya jawabannya.

Pengadilan memutuskan bahwa Pemerintah harus membatalkan ujian akhir. Itulah mungkin keputusannya, dan 20 tahun lagi kita akan melihat hasil dari keputusan ini.

Selama 80 tahun, konon, Ahmadiyah sudah ada di Indonesia. Hidup damai di antara kita. Entah mengapa tiba-tiba belakangan ini, mereka dikejar-kejar. Tempat ibadahnya (masjid?) dibakar. Dan sebagian menghalalkan darah mereka.

Bergunakan iman yang dinyatakan di bawah ancaman parang? Apakah kekerasan terhadap Ahmadiyah akan kita toleransi? Apakah kekerasan atas nama agama diperbolehkan? Apakah boleh ada penindasan oleh mayoritas terhadap minoritas? Apa yang kita putuskan hari ini, menjadi preseden untuk masa depan. Kebiasaan umat beragama membawa kekerasan ke jalan, apakah akan dibiarkan atau tidak, akan menentukan wajah Indonesia 20 tahun ke depan.

Sepanjang hari kita melihat infotainment dan sinetron. Selebritis, menjadi panutan kita. Ketika pertandingan olah raga mereka menjadi komentator. Ketika pemilu mereka menjadi vote getter, ketika bulan ramadhan mereka menjadi penceramah. Jalan sukses terpasti adalah menjadi idol, dan kita lupa bahwa secepat mereka datang, secepat itu pula ketenaran instan pergi.

Apakah mimpi menjadi selebriti akan menjadi mimpi Indonesia?

Kejadian-kejadian yang terjadi sehari-hari, sering kali begitu dekat untuk kita ikut menentukan. Kejadian-kejadian tersebut akan mengubah masyarakat kita secara keseluruhan dalam jangka panjang. Jadi marilah kita pikirkan secara masak, dan ambil pilihan yang terbaik.

Hidup kita saat ini, sangat mirip dengan game yang saya ceritakan di awal. Perbedaannya hanya 1: bahwa hasil permainan kita dalam hidup ini akan dirasakan oleh anak cucu kita.

Jadi, bagai mana permainan anda hari ini?

Everything (Buble)

You're a falling star, you're the get away car.
You're the line in the sand when I go too far.
You're the swimming pool, on an August day.
And you're the perfect thing to say.

And you play it coy but it's kinda cute.
Ah, when you smile at me you know exactly what you do.
Baby don't pretend that you don't know it's true.
'cause you can see it when I look at you.

[Chorus:]
And in this crazy life, and through these crazy times
It's you, it's you, you make me sing.
You're every line, you're every word, you're everything.

You're a carousel, you're a wishing well,
And you light me up, when you ring my bell.
You're a mystery, you're from outer space,
You're every minute of my everyday.

And I can't believe, uh that I'm your man,
And I get to kiss you baby just because I can.
Whatever comes our way, ah we'll see it through,
And you know that's what our love can do.

[Chorus]

So, la, la, la, la, la, la, la
So, la, la, la, la, la, la, la

[Chorus:]
And in this crazy life, and through these crazy times
It's you, it's you, you make me sing.
You're every line, you're every word, you're everything.
You're every song, and I sing along.
'Cause you're my everything.
Yeah, yeah

So, la, la, la, la, la, la, la
So, la, la, la, la, la, la, la

Tuesday, May 20, 2008

Selamat Jalan Bang Ali

Kaget juga waktu mendengar Bang Ali meninggal. Sebetulnya saya tidak perlu terlalu kaget. Bang Ali ditunjuk oleh Bung Karno menjadi gubernur DKI di tahun 66. Mungkin sudah waktunya.

Saya tidak terlalu kenal dengan Ali Sadikin. Cerita tentang beliau, lebih banyak saya dengar dari orang tua saya. Dan juga dari rumor-rumor lainnya. Konon, beliau tentara (marinir) yang pemberani. Kalau bertempur, katanya, dia menembak sambil berdiri. Tidak berlindung. Luar biasa berani. Tapi saya benar-benar yakin bahwa beliau seorang pemberani karena menandatangani petisi 50 di tahun 70-an. Banyak tentara yang berani menembak sambil berdiri tidak berani menandatangani Petisi 50. Bayangkan saja, yang berani tanda tangan saja cuma 50...

Cerita yang jarang didengar adalah tentang pelebaran jalan lingkar luar Jakarta. Jalan yang sekarang ada di bawah Tol dalam kota dari Cawang ke Tanjung Priok Via Rawa Mangun. Katanya banyak rakyat tergusur. Waktu pintu-pintu rumah diberi tanda bahwa akan digusur, pemiliknya diberitahu bahwa ini atas permintaan Bang Ali. Dan mereka pun ikhlas. Konon katanya, Bang Ali lebih dahulu memberi baru meminta. Dalam hal ini, Bang Ali ahlinya.

Apalagi? Taman Ismail Marzuki dibangun di jaman Bang Ali. Juga Ragunan (tadinya kebun binatang ada di posisi TIM sekarang). Dan Ancol. Dan banyak lagi. Banyak pembangunan fisik di Jakarta sekarang. Tetapi pembangunan yang memanusiakan manusia, hampir semuanya peninggalan Bang Ali.

Jadi kontroversial ketika Bang Ali melegalkan judi. "Jakarta butuh uang", katanya. Dan konon kabarnya ulama mengkritiknya. "Kalau mereka nggak mau memakai jalan hasil judi, suruh naik helikopter. Semua jalan di Jakarta dibangun dari hasil (pajak) judi.", kata Bang Ali enteng.

Apakah ini menjadi polemik di akhirat? Jelas Bang Ali melegalkan judi. Tapi konon kabarnya, 10 golongan yang masuk surga, salah satunya adalah pemimpin yang dicintai rakyatnya. Dan Bang Ali termasuk di antaranya. Saya yakin, Allah punya pertimbangannya sendiri.

Jadi selamat jalan Bang Ali. Terima kasih karena telah menjadi lilin di kegelapan.

Sunday, May 04, 2008

10 Tahun, Apa yang Telah Kita Capai?

Mengenang hari-hari di sekitaran Mei 98, tentu salah satu pertanyaan yang muncul adalah, apakah setelah reformasi negara ini menjadi lebih baik?

Ini pertanyaan yang sangat sulit dijawab. Saya sendiri orang yang optimistis. Di detik-detik terakhir batas kelulusan sarjana muda dan nilai E yang diharamkan muncul pun, saya masih optimis (dan untungnyal, optimisme saya berbuah). Jadi apa yang saya bicarakan dalam tulisan ini adalah dari sudut pandang seorang optimist.

Bulan lalu, sampai bulan lalu, anda tidak akan berpikir bahwa kantor seorang anggota DPR akan digeledah. Ada yang bilang di acara Republik Mimpi tadi, bahwa apakah tidak ada cara lain. Seolah-olah DPR itu penjahat narkoba. Justru itu intinya, menjadi sama di depan hukum terlepas dia maling ayam atau seorang anggota DPR. Kalau DPR harus diperlakukan dengan cara yang baik, demikian juga seorang maling ayam. Dan sampai bulan lalu, kita masih ragu apakah penggeledahan di DPR bisa terjadi.

Dan ini satu langkah lagi lebih maju.Negara ini, pelan-pelan sesungguhnya menjadi lebih baik dari hari sebelumnya.

Apakah negara kita memenangkan olimpiade Fisika pada jaman Orde Baru? Anda bisa saja bilang, waktu itu Yohannes Surya belum sempat mengurus olimpiade Fisika. Tapi seharusnya, muncul Yohannes Surya lain, dan itu tidak terjadi. Di masa reformasi ini, orang-orang berinisiatif membuat taman bacaan, sekolah untuk orang tidak mampu, dan sebagainya. Mungkin luput dari perhatian anda, itu tidak banyak terjadi di jaman Orde Baru.

Orde Baru, telah memberangus kemampuan berorganisasi warga sipil. Kemampuan yang sesungguhnya telah membantu bangsa ini untuk merebut kemerdekaannya. Karena itu kita mengenang Sumpah Pemuda. Kemampuan berorganisasi yang semakin menurun itu bisa dilihat dari 'tingkat keramaian' demonstrasi mahasiswa dari tahun 66 sampai 98. Dan kalau kita mau berlelah-lelah sedikit menengok museum Sumpah Pemuda, kita akan tahu bahwa organisasi pemuda tahun 1920-an lebih maju dari pada 2000-an. Apa parameternya? Sederhana saja, bahwa organisasi pada masa itu dapat hidup dari iuran anggotanya (anggota memberi dana kepada organisasi dan bukan sebaliknya seperti sekarang), dan dapat mengeluarkan aturan yang dipatuhi oleh anggotanya setelah disepakati. Karena itu kita tidak pernah mendengar ada Budi Utomo perjuangan. Beberapa organisasi seperti Sarekat Islam memang sempat pecah, tetapi pecah secara resmi tanpa saling mengklaim kebenaran ideologi seperti sekarang.

Tetapi sejak reformasi ini, kemampuan itu kembali ada. Dan tentu saja, karena kualitasnya masih di bawah tahun 1920-an, masih dibutuhkan waktu. Mungkin cukup panjang, tetapi arah ke sana sudah ada.

Korupsi merebak di mana-mana, tetapi ada yang tertangkap. Kira-kira 5 tahun yang lalu, kita tidak yakin apakah para Bupati koruptor akan tertangkap. Sampai kira-kira 1 tahun yang lalu, kita tidak yakin apakah anggota Dewan yang terhormat bisa tertangkap basah. Tetapi ternyata bisa. Di jaman reformasi ini, ada pertarungan antara ilmu hitam dan ilmu putih. Ilmu hitam masih sering sekali menang, tetapi ada pertarungan yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

Di Jawa Barat kita bisa merasakan bahwa bulan-bulan terakhir jarang sekali ada razia. Konon kabarnya, polisi malas karena mereka diperintahkan untuk tidak melakukan pungli. Menjadi masalah jika polisi tidak menjalankan tugasnya, tetapi kenyataan bahwa perintah dari atas bisa menertibkan korps polisi adalah satu kejutan yang menyenangkan, pembuktian atas teori bahwa,"Menegakkan benang basah harus dari atas."

Masih banyak contoh lainnya, terlalu banyak untuk dibahas di tulisan ini. Tetapi momen 100 tahun kebangkitan nasional ini, marilah kita jadikan momentum untuk berubah. Seperti kata Aa Gym (sebelum dan sesudah menikah lagi),"Marilah mulai dari diri sendiri."

Kerjakan apa yang menjadi pekerjaan kita sebaik-baiknya, insyaAllah kita bisa menyelesaikan masa transisi ini dengan baik.