Blog Dhita Yudhistira

Apakah Blog kata resmi dalam Bahasa Indonesia?

Friday, January 23, 2009

So, Anda Mau Jadi Pengusaha?

Sering kali saya malu kalau ditanya perkembangan usaha saya. Saya bukan orang yang senang disebut pengusaha. Banyak sekali hal-hal yang harus saya kerjakan sendiri, walau konon katanya saya punya anak buah. Dari pada sebagai direktur kantor, saya lebih sering merasa sebagai supir kantor.

Terlalu tipis batasnya antara employer, self-employed dan unemployed. Jangan-jangan sebetulnya saya self-employed. Atau malah-malah unemployed.

Seperti sekarang, kerjaan rasanya tidak selesai-selesai. Belum ada titik terang kapan kerjaan yang ada bakal selesai, kerjaan baru sudah mau datang. Jangan salah artikan banyak kerjaan= banyak uang. Beda sekali. Jadi jangan harap saya mentraktir hanya karena anda membaca tulisan ini.

Maka saya sering heran kalau ada yang memotivasi orang menjadi pengusaha dengan bilang,”Dengan jadi pengusaha, anda akan memiliki kebebasan waktu dan kebebasan finansial.”

O ya?

Kita sering kali menganggap remeh banyak hal. Kalau melihat pedagang di Glodok, kita bilang,”Enak ya, tokonya sudah laris dan dia bisa santai jaga toko.” Nggak pernah terpikir oleh kita bagai mana si pedagang itu menjaga toko 4x4 yang sama selama 30 tahun, hampir setiap hari. Yang dibayangkan enaknya saja.

Ada juga yang bilang,”Kalau jadi pegawai, gajinya bisa dihitung. Coba saja jadi pengusaha.”

Seingat saya, teman saya dulu lulus dan jadi pegawai konsultan asing dan langsung mampu beli Honda City di 1-2 tahun kemudian. Sedangkan saya setelah 6 tahun lebih masih belum mampu beli Honda Supra Fit.

Kalau anda bukan anak orang kaya atau pejabat, atau tidak berkongsi dengan pengusaha dan pejabat, dan apa lagi kalau tidak punya modal, jadi pengusaha itu susah. Ada contoh kasus yang berhasil, tapi itu hanya segelintir.

Yang saya maksud susah itu bukan susah berhasil. Tapi susah hidupnya. Nggak punya uang, nggak punya kepastian, diragukan oleh orang tua, mertua, bahkan calon istri mau pun istri. Coba bayangkan. Kalau anda bertemu calon mertua. Kalau calon mertua bertanya, “Kerja di mana?”, maka pertanyaan itu kemungkinan akan berhenti kalau anda memberikan jawaban semacam,”di Telkom Bu.”

Kalau anda bilang anda bekerja di PT. XYZ Abal-abal, maka kemungkinan anda akan ditanya lagi,”Perusahaan apa itu ya?”. Setelah anda jawab maka kemungkinannya percakapan berhenti di situ walau pun di belakang nanti dia berpesan agar anaknya mencoba mencari tahu berapa kira-kira gaji anda.

Coba anda bilang,”Saya usaha sendiri Bu.” Pertanyaannya pasti panjang. Dia ragu apakah kita akan berhasil. Jangan-jangan anaknya nggak dikasih makan. Saya sendiri pernah mengalami pengalaman seperti ini. Padahal saya sudah coba jelaskan dengan segamblang-gamblangnya, bahwa dia tidak perlu khawatir karena saya sudah punya rencana bahwa saya akan jadi konglomerat.

Jadi angan pernah memutuskan menjadi pengusaha karena pertimbangan uang yang lebih banyak. Lakukan saja yang anda suka. Seperti kata dosen saya dulu,”Lakukan apa yang anda suka, uang akan mengikuti.” Jadi pengusaha tidak lebih baik dari pada jadi pegawai. Begitu juga sebaliknya. Pengusaha yang berusaha sebaik-baiknya, dan pegawai yang bekerja dengan sebaik-baiknya adalah apa yang dibutuhkan negara ini.

Nah, berbicara tentang menjadi pengusaha. Teman saya Peto membuat tulisan pendek tentang pengusaha. Menurut riset kecil-kecilan yang dia adakan, syarat untuk suatu negara sejahtera adalah paling tidak 2% dari penduduknya pengusaha. Di Singapura, pengusahanya 7%. Di Amerika, 10-an%. Indonesia tidak sampai 0,5%. Jadi Indonesia masih butuh banyak.

Tapi jangan lupa, di Amerika, dari semua orang yang berusaha jadi pengusaha, hanya 10% yang berhasil menjadi pengusaha biasa, dan 2% menjadi pengusaha luar biasa. Sisanya gagal.

Jangan berkecil hati, insyaAllah kita bisa jadi yang 10%, bahkan 2%. But don’t do it for money.

Sunday, January 04, 2009

Selamat Tahun Baru 2009

Saya masih bingung bagai mana menyambut 2009 ini. Cemas namun penuh harap. Bagai mana juga, saya orang yang optimis.

Untungnya saya bukan orang yang percaya pertanda. Coba kalau iya, pasti saya berpikir, apa yang akan terjadi di 2009 ini, kalau muncul pertanda yaitu bahwa 3 stasiun TV memutar film horror menyambut pergantian tahun?

Kasihan orang-orang seperti saya, yang tidak ada acara di tahun baru. Akhirnya merayakan bersama ‘Hantu Kereta Manggarai’. Juga satu film aneh itu, Pulau Hantu atau apa gitu. Sudah horror, nggak masuk akal pula. Untung aja yang main sexy-sexy. Kalau nggak siapa ya yang mau nonton film begitu.

Selain itu dipanggil peramal. Mama Lauren, seperti biasa. Saya koq nggak bisa ingat apa ramalan Mama Lauren yang jadi kenyataan. Yang saya pernah ingat Mama pernah meramalkan bahwa akan terjadi bencana besar di Jakarta, 2008 atau 2009. Nggak kejadian. Tapi nggak ada yang ingat. Aneh sebetulnya kalau nggak ada yang ingat. Tinggal diputar ulang aja rekamannya buat ditelusuri benar tidaknya ramalan-ramalan itu.

Ya, itu kan kalau orang logis. Yang menguasai media kita memang orang-orang nggak logis. Gimana lagi. Tapi saya ingat Mama. Saya ingat.

Yang menarik, waktu ditanya,”Bagai mana dengan BCL Mama, apakah dia akan terus menanjak dan menjadi salah satu diva?”. Kata Mama,”Oh tidak, pelan-pelan dia akan menghilang.”, kata Mama dengan santai. Host yang nanya sampai nggak enak hati, secara itu siaran Live.

Mama justru mendukung Cinta Laura,”Dia akan jadi besar.” Saya cukup setuju. Cinta Laura, seperti Agnes Monica, menurut saya termasuk bintang yang kelihatan pintar dan mau bekerja keras. Kalau nggak aneh-aneh, dia bakal maju.

Tahu-tahu sudah jam 12 malam. Saya bahkan nggak melihat jam.

Sudahlah, saya putuskan untuk tidur. Tapi saya belum punya resolusi untuk 2009. Apa ya kira-kira?

Pertama, saya mau menurunkan berat badan 5-10kg. Nggak usah muluk-muluklah. Cukup segitu aja. Ini bukan alasan penampilan, ini alasan kesehatan. Semakin besar lingkar pinggang pria, semakin tinggi resiko terkena penyakit semacam stroke dkk.

Kedua, saya ingin bekerja lebih baik lagi. Seperti apa? Ah itu nanti dipikirkan saja sepanjang bulan Januari….

Selamat tahun baru 2009 ya.