Blog Dhita Yudhistira

Apakah Blog kata resmi dalam Bahasa Indonesia?

Tuesday, August 25, 2009

Kompetisi (Payload) Roket antar Mahasiswa

Tanpa banyak publikasi, tanpa banyak apresiasi dari public, selama 2 tahun terakhir LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) mengadakan kompetisi roket antar mahasiswa.

Inti dari kompetisi ini adalah pembuatan payload (muatan) yang akan dibawa oleh roket mini yang akan meluncur mungkin sampai 1500 meter di angkasa (maaf, saya tidak tahu data persisnya). Selama roket meluncur, payload ini diharapkan mampu melakukan pengukuran parameter tertentu (misalkan suhu, akselerasi gravitasi, kelembaban, dan sebagainya).

Mudah-mudahan menjadi semangat untuk mahasiswa.

Berikut link beritanya untuk tahun 2008 dan 2009:

http://lapan.go.id/doc_news/Sur(14-8-09)-3.htm
http://lapan.go.id/doc_news/rum.html

Monday, August 24, 2009

Dia Lagi Dia Lagi, Nggak Ada yang Lain Apa?

Gatel juga saya buat komentar.

Tadi sore dengar berita, Rektor IPDN yang baru dilantik ternyata adalah Rektor yang dulu dinonaktifkan karena pada saat menjabat terjadi kematian Praja Cliff.

Katanya, penyelidikan tidak menyatakan Pak Rektor ini bersalah. Jadi tidak ada masalah. Ooh... gitu ya. Jadi kalau kebetulan waktu itu beliau rektor, dan mahasiswanya pukul-pukulan dan kebetulan ada yang mati dipukuli, si Rektor belum tentu bersalah karena toh bukan beliau yang menyuruh. Malah mungkin berprestasi karena yang mati cuma 1, kalau bukan beliau rektornya mungkin 5.

Tapi ya gimana lagi. Jangankan yang tidak terbukti bersalah, wong yang terbukti bersalah aja masih bisa jadi ketua organisasi besar, dan ada juga yang dengan cueknya mendaftar sebagai ketua umum parpol besar. Ini dipenjara karena Pidana lho ya, bukan Perdata.

Saya cuma mikir, memangnya nggak ada orang lain ya?

Berikut berita lengkapnya.

INILAH.COM, Bandung - I Nyoman Sumaryadi kembali menjabat sebagai Rektor IPDN menggantikan Ngadisah. Nyoman sebelumnya sempat menjabat Rektor IPDN, namun di tengah masa kepemimpinannya, ia diganti oleh PLT Johanis Kalloh karena terkait proses hukum kematian Praja asal Manado, Cliff Muntu. Pelaksana Tugas Rektor IPDN Johanis Kalloh kemudian diganti oleh Ngadisah pada September 2008.

Pelantikan pejabat eselon I Depdagri itu dilakukan oleh Mendagri Mardiyanto di Graha Wyata Praja IPDN di Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jumat (21/8).

Pelantikan kembali Nyoman menjabat Rektor IPDN yang kedua kalinya berdasarkan Keppres No.83/M Tahun 2009 tertanggal 11 Agustus 2009 tentang pengangkatan Rektor IPDN dan pejabat eselon I Depdagri. Sementara Ngadisah akan menempati jabatan barunya sebagai Staf Ahli Hukum dan Politik di Kementerian Dalam Negeri.

Ketika ditanya alasan pengangkatan kembali Nyoman menjadi rektor untuk kedua kalinya setelah terselang 2 pergantian rektor di IPDN, menurut Mardiyanto, tidak ada masalah. Penempatan kembali Nyoman sebagai Rektor IPDN merupakan kepercayaan pimpinan terhadap pejabat yang dianggap mampu mengemban tugas baru.

"Kami percaya, pemerintah percaya terhadap kepemimpinannya. Ia akan mampu mengemban tugas sebagai pimpinan IPDN," kata Mardiyanto.

Menurut dia, pengangkatan Rektor IPDN itu sudah sesuai dengan peraturan yang ada dan merupakan keputusan untuk memenuhi kebutuhan organisasi," katanya.

Terkait kasus yang pernah melilit Nyoman sehingga memaksanya menjalani proses hukum di PN Sumedang, menurut Mardiyanto, tidak ada masalah karena sudah ada keputusan hukum tetap. "Proses hukumnya sudah tuntas (vonis bebas), tak ada masalah," ujarnya.

Dalam amanatnya, Mardiyanto meminta kepada Rektor IPDN dan jajaran pengasuhan IPDN untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas. Selain itu mempunyai tugas untuk mempertahankan kualitas dan sistem pendidikan IPDN yang menerapkan pola pengajaran, pelatihan dan pengasuhan.

"Tugas pimpinan baru IPDN tidak mudah karena dituntut untuk terus melakukan perbaikan dan pembenahan sekaligus meningkatkan kualitas pengasuhan agar tercipta praja-praja yang profesional dan siap melayani masyarakat," kata Mardiyanto.

Dia mengharapkan IPDN tetap menjadi tempat pengkaderan praja-praja yang tangguh dan mampu mengikuti dinamika politik dan otonomi daerah yang terus berkembang baik di tingkat lokal maupun nasional. [*/sss]

Komputer Apollo 11 dalam Genggaman

Beberapa orang mengatakan itu tidak pernah terjadi: manusia belum pernah mendarat di bulan.

Saya sendiri tidak terlalu yakin. Tapi bagi saya, sebuah ide bahwa manusia bisa menciptakan sebuah roket yang dapat mendarat di bulan, sangatlah menggelitik. Amerika sudah sampai di bulan hampir 40 tahun yang lalu. Sampai di mana kita sekarang?

Yang jelas, mereka betul-betul lepas landas. Disaksikan ratusan ribu orang. Ke mana mereka sebetulnya, itu masalah lain. Tapi berada di atas jutaan ton bahan bakar yang mudah meledak di jaman di mana manusia bahkan belum membayangkan komputer bisa memutar musik (compressed mau pun uncompressed) adalah keberanian.

Radionya pasti masih analog, mungkin transistor. Pede betul mereka berniat untuk 'berkomunikasi dari luar angkasa'.

Jadi tadi siang saya bertemu web yang membahas komputer yang dipakai di Apollo 11. Tugas komputer ini cukup berat, kira-kira melakukan panduan untuk re-entry (kembali ke bumi). Dibuat di masa di mana belum ada jurusan 'ilmu komputer', dan mungkin ahli komputer belum sampai 50 orang.



Kalau di masa kini bahkan kita ragu untuk naik pesawat yang hanya memiliki 2 komputer redundan (1 utama dan 1 cadangan), Apollo 11 hanya punya satu. What a faith. Bagai mana mereka bisa begitu yakin dengan komputer mereka? Mungkin, karena waktu itu manusia belum mengenal Microsoft Windows. :)

Inti cerita, komputer untuk Apollo 11 seharga USD 15 juta (pada masa itu?). Sedangkan kemampuannya setara dengan 1/20 mikroprosesor yang biasa dipakai mahasiswa sekarang untuk praktikum. Hebat ya kemajuan di bidang ini?




Berikut adalah perbandingannya.



Ayo pemuda. Di tanganmu ada komputer yang 20x lebih hebat dari pada yang membawa Neil Armstrong dkk. ke bulan. Apa lagi alasan untuk tidak berkarya?