Kami, Putra-Putri Indonesia...
79 tahun lalu, 28 Oktober 1928 di Kramat Jakarta, pemuda-pemuda yang mewakili perwakilan-perwakilan pemuda daerah-daerah yang ada di Indonesia berkumpul untuk melaksanakan apa yang sekarang kita kenal sebagai Sumpah Pemuda.
Pemuda yang berkumpul di sana rata-rata berusia di paruh awal 20-an. WR Supratman, misalkan, pencipta lagu Indonesia Raya. Hadir dan memperdengarkan lagu itu, pada saat itu kira-kira berusia 25 tahun. Orang yang dianggap sebagai pemimpin pergerakan, pendiri PNI yang menentang nasionalisme baru berusia 27 tahun: Soekarno. Ketika terjadi pertentangan antara kaum muda dan kaum tua dalam peristiwa yang kita kenal sebagai peristiwa Rengasdengklok, kaum tua berusia rata-rata 45 tahun kurang.
Jadi definisi pemuda jaman dulu memang sedikit berbeda. Kalau di jaman sekarang, umur segitu masih bisa menjabat sebagai ketua organisasi mahasiswa level nasional. Tapi belum cukup tua untuk menjadi kandidat ketua organisasi pemuda.
Beberapa orang mengatakan bahwa ini saatnya orang muda memimpin. Saya setuju dengan itu. Tetapi jika kemudian yang menjadi wacana adalah calon presiden muda, saya mempertanyakan. Saya tidak setuju dengan cara berpikir formal seperti itu. Hipotesisnya kira-kira, kalau kita mau mengubah sesuatu, harus dari atas. Dan kalau dari atas artinya jadi pemimpin paling atas (dalam kasus ini presiden). Dan orang mudalah yang bisa melakukannya dengan baik.
Apakah ada jaminan, orang muda yang naik tidak melakukan hal-hal yang sama? Dalam usianya yang muda, mungkin dia belum teruji.
Saya kira, yang harus dilakukan oleh pemuda adalah kepeloporan. Kepeloporan itu kemudian akan menempa pemuda untuk menjadi pemimpin yang tangguh di masa depan.
Pemuda harus menganalisa apa yang menjadi permasalahan dalam bangsa ini dan menjadi pelopor gerakan untuk mengubahnya. Misalkan, jika memang pendidikan menjadi masalah, mendirikan sekolah atau lsm terkait pendidikan. Saya pribadi misalkan, melihat perlunya generasi muda untuk mencoba untuk berwira usaha dan membuka lapangan kerja. Syukur-syukur tidak bangkrut. Lebih syukur lagi kalau bermuatan keilmuan (ini bukan masalah sombong-sombongan, tetapi penguasaan ilmu dan teknologi menjadi kunci dari maju mundurnya bangsa).
Jadi tantangan yang harus diambil oleh pemuda adalah kepeloporan, bukan kepemimpinan (formal). Cepat atau lambat, kepeloporan itu akan membawa mereka pada kepemimpinan. Tetap seperti juga hal lain di dunia ini, tidak ada jalan pintas. Pemuda harus melakukan apa yang bisa dilakukan sekarang.
Jadi bagi anda yang membaca blog ini dan berusia di bawah 50 tahun, sebagai pemuda mari kita sambut sumpah pemuda sebagai pengingat dan penyegar semangat untuk memberikan yang terbaik untuk bangsa dalam perspektif dan kondisi kita masing-masing.
Merdeka!
Pemuda yang berkumpul di sana rata-rata berusia di paruh awal 20-an. WR Supratman, misalkan, pencipta lagu Indonesia Raya. Hadir dan memperdengarkan lagu itu, pada saat itu kira-kira berusia 25 tahun. Orang yang dianggap sebagai pemimpin pergerakan, pendiri PNI yang menentang nasionalisme baru berusia 27 tahun: Soekarno. Ketika terjadi pertentangan antara kaum muda dan kaum tua dalam peristiwa yang kita kenal sebagai peristiwa Rengasdengklok, kaum tua berusia rata-rata 45 tahun kurang.
Jadi definisi pemuda jaman dulu memang sedikit berbeda. Kalau di jaman sekarang, umur segitu masih bisa menjabat sebagai ketua organisasi mahasiswa level nasional. Tapi belum cukup tua untuk menjadi kandidat ketua organisasi pemuda.
Beberapa orang mengatakan bahwa ini saatnya orang muda memimpin. Saya setuju dengan itu. Tetapi jika kemudian yang menjadi wacana adalah calon presiden muda, saya mempertanyakan. Saya tidak setuju dengan cara berpikir formal seperti itu. Hipotesisnya kira-kira, kalau kita mau mengubah sesuatu, harus dari atas. Dan kalau dari atas artinya jadi pemimpin paling atas (dalam kasus ini presiden). Dan orang mudalah yang bisa melakukannya dengan baik.
Apakah ada jaminan, orang muda yang naik tidak melakukan hal-hal yang sama? Dalam usianya yang muda, mungkin dia belum teruji.
Saya kira, yang harus dilakukan oleh pemuda adalah kepeloporan. Kepeloporan itu kemudian akan menempa pemuda untuk menjadi pemimpin yang tangguh di masa depan.
Pemuda harus menganalisa apa yang menjadi permasalahan dalam bangsa ini dan menjadi pelopor gerakan untuk mengubahnya. Misalkan, jika memang pendidikan menjadi masalah, mendirikan sekolah atau lsm terkait pendidikan. Saya pribadi misalkan, melihat perlunya generasi muda untuk mencoba untuk berwira usaha dan membuka lapangan kerja. Syukur-syukur tidak bangkrut. Lebih syukur lagi kalau bermuatan keilmuan (ini bukan masalah sombong-sombongan, tetapi penguasaan ilmu dan teknologi menjadi kunci dari maju mundurnya bangsa).
Jadi tantangan yang harus diambil oleh pemuda adalah kepeloporan, bukan kepemimpinan (formal). Cepat atau lambat, kepeloporan itu akan membawa mereka pada kepemimpinan. Tetap seperti juga hal lain di dunia ini, tidak ada jalan pintas. Pemuda harus melakukan apa yang bisa dilakukan sekarang.
Jadi bagi anda yang membaca blog ini dan berusia di bawah 50 tahun, sebagai pemuda mari kita sambut sumpah pemuda sebagai pengingat dan penyegar semangat untuk memberikan yang terbaik untuk bangsa dalam perspektif dan kondisi kita masing-masing.
Merdeka!