Catatan Iseng Lebran 2009
Ramadhan kali ini rasanya payah sekali. Kalau dilakukan self-assessment dan self-evaluation, maka saya akan beri diri saya nilai C. Itu juga sudah di ambang batas bawah D. Duh, mohon maaf ya Allah. Mudah-mudahan apa yang saya kerjakan boleh dimasukkan dalam kategori berjuang, sehingga masuk dalam nilai ibadah yang pahalanya berlipat ganda di bulan Ramadhan.
Hikmah yang saya dapat dari puasa kali ini adalah, bahwa jauh lebih sulit untuk menahan diri setelah bulan puasa selesai dibandingkan waktu sedang puasa itu sendiri. Saya sendiri tidak terlalu terganggu dengan lapar. Saya lebih tidak tahan dengan hausnya. Seperti selalu saya deskripsikan diri saya sendiri, saya seorang peminum.
Jadi waktu bulan puasa itu saya sempat ke Singapura. Dan saya perhatikan (terakhir ke sana saya tidak memperhatikan) bahwa di sana sedang banyak minuman dengan nama ‘Bandung’. Saya sempat cicip 2-3x. Kesimpulan saya, ini adalah sirup campolay + susu kental manis. Tanpa soda. Untuk mereka tidak member nama minuman ini ‘Sabah’ atau ‘Sarawak’ misalkan.
Malaysia ini memang kelewatan. Mereka jualan peyek bungkusan dengan cap bertuliskan ‘makanan terenak di Malaysia’ (saya tidak tahu harus sedih karena peyek juga sudah diklaim atau karena makanan terenak di Malaysia ternyata cuma peyek?), mereka menjual album religi menjelang Lebaran yang isinya melulu lagu-lagu Indonesia (‘selamat para pemimpin, rakyatnya makmur terjamin’, ini saya yakin lagu Indonesia karena dulu didendangkan di jaman Orba untuk Pak Harto), dan ternyata di brosur wisata mereka, kalau kita jalan-jalan ke Negeri Sembilan maka kita harus melihat rumah khas Minangkabau yaitu rumah Gadang.
Hebat sekali mereka, payah sekali kita.
Kembali ke minuman tadi. Jadi sesampainya di Bogor saya mengkonfirmasi untuk membuat minuman Bandung. Dan ternyata rasanya sama. Saya bikin tiap hari, sambil mencari soda. Ternyata soda sekarang susah dicari. Harus di supermarket besar dalam kemasan kaleng. Untung saja ada. Tapi kemudian ternyata Campolaynya yang habis.
Campolay ini ternyata laris keras kalau Lebaran. Susah dicari. Beberapa tahun lalu waktu istri saya dinas di Cirebon, saya sempat khawatir sirup ini hampir punah karena kekurangan penggemar. Ternyata saya salah. Syukurlah.
Jadi saya minum Bandung, dan soda-soda lainnya, selama beberapa hari Lebaran. Ini tampaknya menyumbangkan beberapa kg lemak tambahan untuk saya ‘recovery’ ke berat badan semula. Tidak ada kerjaan di rumah, membaca koran dan internetan.
Noordin sudah tertangkap, mati. Sekarang sedang ribut-ribut kasus KPK. Jadi semua orang lupa dengan bank Century. Negara ini memang kebanyakan masalah dan kelamaan memutuskan penyelesaiannya. Sudahlah.
Btw, hmm... saya koq akhir-akhir ini merasa ragu ya untuk berpendapat bebas. Takut di-Pritakan gitu. Mudah-mudahan tidak terjadi ya, mudah-mudahan kita di Indonesia tetap bebas berekspresi.
Yang jelas, kalau rajin mendengarkan radio, kita bakal tahu bahwa radio-radio sekarang sedang senang memutar lagu-lagu Krisdayanti. Hehehe. Mungkin Indonesia berduka karena pasangan ideal versi selebriti ini putus.
Hanya tadi koq saya baru menyadari lirik lagu yang dinyanyikan oleh KD dan Anang beberapa waktu lalu ternyata isinya semacam ramalan:
“Tak pernah kusesali, pengalaman cinta ini
Wanita terindah, pernah jadi milikku”
Koq pakai kata pernah ya? Berarti ini lagu yang dikarang di masa ini dan dinyanyikan di masa lalu. Sedikit seperti back to the future kedengarannya.
Sudah ah, saya mau minum Bandung dulu. Mohon maaf lahir bathin, semoga Allah SWT. menerima amal ibadah kita. Selamat Lebaran.
Hikmah yang saya dapat dari puasa kali ini adalah, bahwa jauh lebih sulit untuk menahan diri setelah bulan puasa selesai dibandingkan waktu sedang puasa itu sendiri. Saya sendiri tidak terlalu terganggu dengan lapar. Saya lebih tidak tahan dengan hausnya. Seperti selalu saya deskripsikan diri saya sendiri, saya seorang peminum.
Jadi waktu bulan puasa itu saya sempat ke Singapura. Dan saya perhatikan (terakhir ke sana saya tidak memperhatikan) bahwa di sana sedang banyak minuman dengan nama ‘Bandung’. Saya sempat cicip 2-3x. Kesimpulan saya, ini adalah sirup campolay + susu kental manis. Tanpa soda. Untuk mereka tidak member nama minuman ini ‘Sabah’ atau ‘Sarawak’ misalkan.
Malaysia ini memang kelewatan. Mereka jualan peyek bungkusan dengan cap bertuliskan ‘makanan terenak di Malaysia’ (saya tidak tahu harus sedih karena peyek juga sudah diklaim atau karena makanan terenak di Malaysia ternyata cuma peyek?), mereka menjual album religi menjelang Lebaran yang isinya melulu lagu-lagu Indonesia (‘selamat para pemimpin, rakyatnya makmur terjamin’, ini saya yakin lagu Indonesia karena dulu didendangkan di jaman Orba untuk Pak Harto), dan ternyata di brosur wisata mereka, kalau kita jalan-jalan ke Negeri Sembilan maka kita harus melihat rumah khas Minangkabau yaitu rumah Gadang.
Hebat sekali mereka, payah sekali kita.
Kembali ke minuman tadi. Jadi sesampainya di Bogor saya mengkonfirmasi untuk membuat minuman Bandung. Dan ternyata rasanya sama. Saya bikin tiap hari, sambil mencari soda. Ternyata soda sekarang susah dicari. Harus di supermarket besar dalam kemasan kaleng. Untung saja ada. Tapi kemudian ternyata Campolaynya yang habis.
Campolay ini ternyata laris keras kalau Lebaran. Susah dicari. Beberapa tahun lalu waktu istri saya dinas di Cirebon, saya sempat khawatir sirup ini hampir punah karena kekurangan penggemar. Ternyata saya salah. Syukurlah.
Jadi saya minum Bandung, dan soda-soda lainnya, selama beberapa hari Lebaran. Ini tampaknya menyumbangkan beberapa kg lemak tambahan untuk saya ‘recovery’ ke berat badan semula. Tidak ada kerjaan di rumah, membaca koran dan internetan.
Noordin sudah tertangkap, mati. Sekarang sedang ribut-ribut kasus KPK. Jadi semua orang lupa dengan bank Century. Negara ini memang kebanyakan masalah dan kelamaan memutuskan penyelesaiannya. Sudahlah.
Btw, hmm... saya koq akhir-akhir ini merasa ragu ya untuk berpendapat bebas. Takut di-Pritakan gitu. Mudah-mudahan tidak terjadi ya, mudah-mudahan kita di Indonesia tetap bebas berekspresi.
Yang jelas, kalau rajin mendengarkan radio, kita bakal tahu bahwa radio-radio sekarang sedang senang memutar lagu-lagu Krisdayanti. Hehehe. Mungkin Indonesia berduka karena pasangan ideal versi selebriti ini putus.
Hanya tadi koq saya baru menyadari lirik lagu yang dinyanyikan oleh KD dan Anang beberapa waktu lalu ternyata isinya semacam ramalan:
“Tak pernah kusesali, pengalaman cinta ini
Wanita terindah, pernah jadi milikku”
Koq pakai kata pernah ya? Berarti ini lagu yang dikarang di masa ini dan dinyanyikan di masa lalu. Sedikit seperti back to the future kedengarannya.
Sudah ah, saya mau minum Bandung dulu. Mohon maaf lahir bathin, semoga Allah SWT. menerima amal ibadah kita. Selamat Lebaran.