Menonton Nagabonar
Saya sebetulnya sudah lupa film Nagabonar. Satu-satunya yang saya ingat adalah waktu Nagabonar meratapi si Bujang,"Sudah kubilang kau jangan bertempur..."
Tetapi waktu tahu Nagabonar 2 akan dibuat, sekitar tahun lalu, saya betul-betul bersemangat. Dan cukup lama sampai akhirnya film ini betul-betul masuk di bioskop. Saya tidak terlalu sering nonton bioskop. Mungkin 2-3 bulan sekali. Dan hampir tidak pernah film Indonesia.
Yang sering saya tonton biasanya film Hollywood. Kalau ini saya kira semua orang juga melakukannya. Terasa pantas untuk membayar semahal tiket bioskop untuk menonton film Hollywood.
Dan film Hongkong. Kalau yang ini dimulai sekitar 15 tahun lalu di Cepu. Di sana bioskop cuma 1000 sekali nonton, saya bisa mentraktir teman-teman nonton tanpa harus banyak berpikir. Seringnya film Hongkong.
Film India, pernah sekali. Kutch Kutch Hutahea. Di 21 BIP Bandung. Waktu itu film ini belum ngetop. Saya dan Agus Hermanto menunggu hujan di BIP dan memutuskan nonton. Hampir saja dibatalkan karena penontonnya cuma 6. Saya tidak tahu apa yang lebih memalukan waktu itu, bahwa saya menonton film India, atau bahwa saya menonton berdua dengan seorang cowok.
Film Indonesia, memang sudah pernah. Tapi rasanya yang terakhir itu Lupus atau Dono Kasino Indro, sekitar tahun 1992. Wow, 15 tahun. Ngomong-ngomong, saya baru satu kali saja mimpi buruk setelah nonton film. Film itu adalah film Dono-Kasino-Indro. Yang ceritanya mereka mencari anak hilang di hutan dan dikejar-kejar pocong. Malamnya saya mimpi dikejar pocong.
Hanya saja waktu film Nagabonar keluar, saya merasa harus menonton di bioskop. Agar menjadi box office. Supaya film seperti ini banyak diproduksi dan film Indonesia tidak berisi setan dan kuntilanak melulu. Saya dorong juga kakak dan orang tua saya menonton di bioskop. Bahkan saya umumkan di kantor bagi yang mau mentonton Nagabonar, ditanggung oleh kantor (yah.. murah sih dan orang kantor saya cuma 5, jangan ditanggapi dengan pemikiran saya semurah hati itu).
Dan film ini betul-betul bagus. Saya tidak bisa mereviewnya. Anda harus nonton! Jangan lupa beli juga DVD-nya. Kita dukung film nasional!
Tetapi waktu tahu Nagabonar 2 akan dibuat, sekitar tahun lalu, saya betul-betul bersemangat. Dan cukup lama sampai akhirnya film ini betul-betul masuk di bioskop. Saya tidak terlalu sering nonton bioskop. Mungkin 2-3 bulan sekali. Dan hampir tidak pernah film Indonesia.
Yang sering saya tonton biasanya film Hollywood. Kalau ini saya kira semua orang juga melakukannya. Terasa pantas untuk membayar semahal tiket bioskop untuk menonton film Hollywood.
Dan film Hongkong. Kalau yang ini dimulai sekitar 15 tahun lalu di Cepu. Di sana bioskop cuma 1000 sekali nonton, saya bisa mentraktir teman-teman nonton tanpa harus banyak berpikir. Seringnya film Hongkong.
Film India, pernah sekali. Kutch Kutch Hutahea. Di 21 BIP Bandung. Waktu itu film ini belum ngetop. Saya dan Agus Hermanto menunggu hujan di BIP dan memutuskan nonton. Hampir saja dibatalkan karena penontonnya cuma 6. Saya tidak tahu apa yang lebih memalukan waktu itu, bahwa saya menonton film India, atau bahwa saya menonton berdua dengan seorang cowok.
Film Indonesia, memang sudah pernah. Tapi rasanya yang terakhir itu Lupus atau Dono Kasino Indro, sekitar tahun 1992. Wow, 15 tahun. Ngomong-ngomong, saya baru satu kali saja mimpi buruk setelah nonton film. Film itu adalah film Dono-Kasino-Indro. Yang ceritanya mereka mencari anak hilang di hutan dan dikejar-kejar pocong. Malamnya saya mimpi dikejar pocong.
Hanya saja waktu film Nagabonar keluar, saya merasa harus menonton di bioskop. Agar menjadi box office. Supaya film seperti ini banyak diproduksi dan film Indonesia tidak berisi setan dan kuntilanak melulu. Saya dorong juga kakak dan orang tua saya menonton di bioskop. Bahkan saya umumkan di kantor bagi yang mau mentonton Nagabonar, ditanggung oleh kantor (yah.. murah sih dan orang kantor saya cuma 5, jangan ditanggapi dengan pemikiran saya semurah hati itu).
Dan film ini betul-betul bagus. Saya tidak bisa mereviewnya. Anda harus nonton! Jangan lupa beli juga DVD-nya. Kita dukung film nasional!